Warga Desa Kemiren Gelar Tradisi Barong Ider Bumi dengan Meriah

3 Mei 2022, 20:45 WIB
Warga Desa Kemiren Gelar Tradisi Barong Ider Bumi dengan Meriah /Dok. Pemkab Banyuwangi

RINGTIMES BANYUWANGI – Ritual adat Barong Ider Bumi di Banyuwangi berlangsung meriah. 

Ratusan warga terlihat antusias mengarak Barong berumur ratusan tahun sebagai sarana tolak balak bersih desa. 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun mengapresiasi pelestarian tradisi dan budaya masyarakat. 

Direktur Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa & Masyarakat Adat pada Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Samsul Hadi sangat mengapresiasi inisiatif masyarakat Osing di Desa Kemiren yang telah menjaga dan melestarikan nilai-nilai kearifan lokal. 

Baca Juga: Rayakan Libur Idul Fitri, Bupati Ipuk: Ayo Serbu Warung dan Destinasi Wisata

"Ke depan, kiranya ini tetap dilestarikan oleh generasi muda, sehingga budaya dan adat istiadat Osing Banyuwangi tetap lestari. Ini bukan sekedar atraksi wisata, lebih dari itu tradisi ini merupakan upaya keberlanjutan hidup melalui jalan kebudayaan,” ungkap Samsul. 

Samsul menjelaskan Pemkab Banyuwangi telah berhasil melakukan pelestarian melalui beberapa fasilitasi kegiatan adat dan tradisi. 

Selain itu, promosi kegiatan ini juga berdampak secara ekonomi kepada masyarakat sekitar. 

"Ini bakal menjadi model percontohan praktek baik di mana pemkab telah berhasil melakukan pelestarian budaya dan juga upaya peningkatan ekonomi bagi masyarakat," jelas Samsul. 

Tradisi ini diawali dengan ritual berziarah alias nyekar ke petilasan (makam) Buyut Cili. 

Baca Juga: H-1 Hari Raya Idul Fitri, Arus Lalu Lintas di Depan Pelabuhan ASDP Ketapang Banyuwangi Ramai Lancar

Warga setempat meyakini, Buyut Cili merupakan leluhur  Desa Kemiren. Sepanjang jalan Desa Kemiren, Kecamatan Glagah Banyuwangi penuh dengan masyarakat yang mengawal arak-arakan Barong khas Banyuwangi Ini pada 3 April 2022. 

Ratusan hingga ribuan orang menyaksikan langsung tradisi yang digeber setiap dua Syawal atau hari kedua Idul Fitri tersebut. 

Bahkan bukan hanya warga Kemiren dan sekitarnya, tidak sedikit wisatawan asal luar daerah yang sengaja datang untuk menyaksikan dari dekat acara tersebut. 

Tradisi yang telah digelar selama puluhan tahun ini, lebih meriah dibandingkan perhelatan 2 tahun terakhir. 

Karena, selama pandemi COVID-19, ritual dilakukan dengan sederhana. Berbeda pada tahun ini, kegiatan ritual bersih desa ini diikuti oleh ratusan warga yang antusias menyambut tradisi ini. 

Baca Juga: Okupansi Hotel di Banyuwangi Meroket 90-100 Persen Saat Libur Lebaran

"Masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan ini bahagia, bisa turut serta dalam selamatan bersih desa. Kalau dua tahun lalu tidak seperti ini karena masih prihatin dengan kondisi pandemi, kasus covid masih tinggi. Kita hanya menggelar pokok tradisinya saja," ujar M. Arifin, Kepala Desa Kemiren. 

Dalam ritual Barong Ider Bumi, barong diarak keliling desa. Arak-arakannya diiringi nyanyian macapat (tembang Jawa) yang berisi doa dan pemujaan terhadap Tuhan. 

"Barong Ider Bumi adalah arak-arakan barong memutari desa," ujar Suhaimi, Ketua Adat Kemiren. 

Sebelum Barong diarak keliling desa, para sesepuh memainkan angklung di balai desa. 

Setelah itu, orang-orang mulai berbaris mengarak barong. Mereka diberi amanat melakukan Sembur Utik-utik, yakni menebar uang logam, beras kuning, dan bunga. Ini adalah simbol tolak bala. 

"Ritual ini untuk tolak balak. Makanya ada sembur utik-utik yang merupakan implementasi mengusir setan dan penyakit di Desa kami," ungkap Suhaimi. 

Pada pelaksanaan tahun ini, ratusan hingga ribuan orang menyaksikan langsung tradisi yang digeber setiap dua syawal atau hari kedua Idul Fitri tersebut. 

Baca Juga: Susun Rancangan Ijen dalam Daftar UNESCO Global Geopark, Banyuwangi Dapat Dukungan ITB

Tidak hanya menyedot warga setempat, tidak sedikit warga asal luar Kecamatan Glagah maupun wisatawan asal luar daerah yang sengaja datang menyaksikan dari dekat tradisi ini.

“Menyenangkan, bisa menikmati atraksi budaya sambil pulang kampung,” ujar Santi, asal Surabaya. 

Kelar arak-arakan, warga dan wisatawan makan bersama dengan hidangan pecel pitik khas Banyuwangi. 

Semua masyarakat kumpul menjadi satu, mulai dari masyarakat biasa, wisatawan domestik, mancanegara, sampai pejabat, ikut makan bersama.***

Editor: Al Iklas Kurnia Salam

Tags

Terkini

Terpopuler