Pegiat pelestari naskah kuno, Wiwin Indiati menjelaskan, tradisi pelantunan tembang naskahkuno ini sesuai tradisi lokal budaya masing-masing daerah.
"Di Banyuwangi, dalam menyebut naskah kuno adalah lontar. Jadi bukan berarti naskanya tertulis dari bahan lontar," ujarnya.
Baca Juga: Lagi, Tercatat Dalam Dua Hari Terjadi Laka Lantas Odong-odong di Wilayah Banyuwangi Selatan
Kabid Kebudayaan, Dewa Alit Budianto menyampaikan kegiatan yang dilakukan kelompok pelestari naskah kuno ini sangat luar biasa.
Ini merupakan kontribusi bagi pemajuan kebudayaan di banyuwangi yang dilakukan oleh para milenial", ungkap Alit.
Para milenial merupaka tonggak harapan sebagai pelestari dalam kegiatan pelantunan naskah kuno.
Hal ini menjadi sorotan dimana para mileial di Banyuwangi memilih untuk melestarikan budaya ditengah era globalisasi yang snagat massal.***