Network
RINGTIMES BANYUWANGI – Akhir- akhir ini kerja sama antara Rusia dan China semakin erat karena keduanya sedang mendapatkan tekanan kuat dari negara Barat dan NATO dalam hal hak asasi manusia dan berbagai masalah di bidang lainnya.
Kedua pemimpin Rusia dan China tersebut telah mengumumkan kemitraan strategis untuk melawan intervensi negara Barat dalam pertemuan mereka di Beijing dan menyatakan persahabatan tanpa batas di antara kedua negara yang mereka pimpin.
Persahabatan keduanya diuji setelah invasi yang dilancarkan Rusia terhadap Ukraina menyulut negara-negara Barat untuk saling berkontribusi menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia.
Baca Juga: Kejam, Terkuak Tindakan Tentara Rusia Tembaki Wanita dan Anak-anak di Ukraina
Pihak Rusia mengatakan pada Minggu, 13 Maret 2022 bahwa negara- negara Barat telah membekukan hampir setengah dari cadangan emas dan mata uang asing Rusia, namun hal tersebut tidak menggentarkan negara berjuluk beruang merah itu, karena China siap membantunya menepis tekanan Barat.
Dilansir dari Pikiran-Rakyat.com dari Reuters pada 14 Maret 2022, Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov mengatakan bahwa Rusia masih memiliki sebagian cadangannya di China.
“Kami memiliki sebagian dari cadangan emas dan valuta asing kami dalam mata uang China, yuan," kata Anton Siluanov.
Baca Juga: Ukraina Melarang Ekspor Pupuk dan Minyak Bunga Matahari, Karena Konflik dengan Rusia?
Siluanov mengaku dirinya melihat ada tekanan yang diberikan oleh negara-negara Barat pada China untuk membatasi akses ke cadangan tersebut.
Namun, ia yakin kerja sama Rusia dengan China tidak akan bisa dirusak oleh negara-negara Barat.
