“Bahwa ekspansi ke arah timur akan mengarah pada ketidakstabilan yang lebih besar, tidak kurang, di wilayah," ujarnya, dilansir dari Reuters.
Namun dia menambahkan bahwa Afrika Selatan tidak dapat memaafkan penggunaan kekuatan dan pelanggaran hukum internasional, referensi yang jelas untuk invasi Rusia 24 Februari ke Ukraina.
Presiden Vladimir Putin telah mencirikan tindakan Rusia sebagai "operasi khusus" untuk melucuti senjata dan "mendenazifikasi" Ukraina serta melawan apa yang disebutnya agresi NATO.
Kyiv dan sekutu Baratnya percaya bahwa Rusia melancarkan perang tanpa alasan untuk menaklukkan tetangga yang disebut Putin sebagai negara buatan.
Baca Juga: Kesaksian Jurnalis Rusia atas Kebohongan Pasukan Vladimir Putin, Presiden Ukraina: Terima Kasih
Ramaphosa juga mengungkapkan bahwa Putin telah meyakinkannya secara pribadi bahwa negosiasi sedang membuat kemajuan.
Pemimpin Afrika Selatan itu mengatakan dia belum berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, tetapi dia menginginkannya.
Dikutip Ringtimesbanyuwangi.com dari berita Depok.Pikiran-Rakyat.com berjudul "Tolak Seruan untuk Mengecam Rusia, Presiden Afrika Selatan Salahkan NATO Atas Konflik di Ukraina"
Sebelumnya, Ramaphosa mengungkapkan Afrika Selatan telah diminta untuk menengahi dalam konflik Rusia-Ukraina. Dia tidak mengatakan siapa yang memintanya untuk campur tangan.
“Ada orang-orang yang bersikeras bahwa kita harus mengambil sikap yang sangat bermusuhan terhadap Rusia,” tambah Ramaphosa.