“Pendekatan yang akan kita ambil sebagai gantinya adalah bersikeras bahwa harus ada dialog,” tuturnya.
Baca Juga: Pasukan Vladimir Putin Seret Anak TK Berkampanye Lawan Ukraina, Tuntut Kesetiaan dengan Senjata
Partai Kongres Nasional Afrika Ramaphosa, yang telah memerintah Afrika Selatan sejak kekuasaan minoritas kulit putih berakhir pada 1994, memiliki ikatan kuat dengan bekas Uni Soviet.
Mereka melatih dan mendukung para aktivis anti-apartheid selama Perang Dingin.
Karena alasan itu, Afrika Selatan terkadang dicurigai di antara saingan Rusia di Barat, meskipun masih menikmati pengaruh diplomatik tingkat tinggi dibandingkan ukuran ekonominya sejak transisi damai menuju demokrasi.
Ramaphosa mengatakan penolakan bersejarah Afrika Selatan untuk memihak berarti “beberapa bahkan mendekatinya dengan peran sebagai mediasi.
“Kami tidak pernah ingin berpura-pura memiliki pengaruh besar yang dimiliki negara lain, tetapi kami sedang didekati untuk mengutuk satu pihak,” tambahnya.***(Linda Agnesia/Depok.Pikiran-Rakyat.com)