Mengatasnamakan Nasionalis, Azov Neo-Nazi Ungkap Bahwa Kagumi Hitler

- 27 Maret 2022, 21:35 WIB
Sejumlah veteran dari Batalyon Azov penjaga nasional Ukraina.
Sejumlah veteran dari Batalyon Azov penjaga nasional Ukraina. /Reuters/Gleb Garanich /

RINGTIMES BANYUWANGI - Pergerakan kelompok nasionalis Ukraina, Azov disoroti oleh Ketua Vision & Global Trends, Institut Internasional untuk Analisis Global, Tiberio Graziani.

Meski mengatasnamakan nasionalis, namun mereka memiliki paham yang sangat dilarang, yakni Nazi.

Bahkan Tiberio Graziani mengatakan, secara terang-terangan kelompok tersebut membuka identitasnya sebagai pengagum Hitler.

Baca Juga: Invasi Menyentuh Satu Bulan Lebih, Rudal Milik Rusia Hantam Pusat Penyimpanan Makanan di Ukraina

Mereka kemudian dicap warga Ukraina sebagai Neo-Nazi yang gerakannya sudah dilarang, bahkan masuk dalam pembahasan keamanan PBB.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-Rakyat.com dengan judul: Berselimut Nasionalis, Barat Seolah 'Tutup Mata' Soal Azov Neo-Nazi

"Semua orang sangat menyadari apa yang terjadi. Sungguh mencengangkan dan menyedihkan bahwa fakta-fakta ini tidak dikutuk keras oleh berbagai LSM kemanusiaan di Barat," kata Tiberio Graziani.

Namun, diakui Tiberio Graziani, semua orang di Barat sangat menyadari apa yang terjadi di Ukraina.

Baca Juga: Rusia Ungkap Tujuan Utama, Usai Gagal Tundukkan Kota-Kota Besar di Ukraina

Mereka tahu bagaimana nasionalis Ukraina, Batalyon Azov yang dikenal sebagai massa yang kejam memperlakukan warga biasa dan etnis minoritas di Ukraina.

"Rasisme dan xenophobia telah lama merambah ke dalam struktur masyarakat Ukraina," katanya menurut analis.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika mahasiswa Afrika ditolak oleh penjaga perbatasan Ukraina ketika mencoba untuk menyeberang ke Polandia.

Baca Juga: Moskow Sebut Langkah Diam-Diam NATO Arahkan Hulu Ledak ke Ukraina akan Lebih Buruk dari Perang Dingin

“Mereka menghentikan kami di perbatasan dan memberi tahu kami bahwa orang kulit hitam tidak diizinkan. Tapi kami bisa melihat orang kulit putih melewatinya,” tutur seorang mahasiswa Guinea seperti dikutip oleh France 24 pada 28 Februari.

Sementara itu, agenda nasionalis menjadi bagian dari sistem pendidikan Ukraina. Menurut outlet Ukraina STRANA.ua, proyek-proyek nasionalis menerima hingga setengah dari semua dana yang dialokasikan oleh pemerintah Ukraina untuk organisasi anak-anak dan pemuda pada tahun 2020 saja.

"Kelompok sayap kanan, anti-Semit, anti-Rusia, dan secara terbuka fasis telah ada dan memang ada sebagai penyakit di Ukraina modern," katanya.

Baca Juga: Sembari Ingatkan Holocaust 80 Tahun Lalu, Volodymyr Zelensky Minta Kiriman Iron Dome ke Israel

Dua tahun sebelumnya resolusi Parlemen Eropa mengecam sentimen nasionalistik yang meningkat di Ukraina.

"Komandan Azov, Andriy Biletsky, yang mengatakan pada tahun 2010 bahwa misi Ukraina adalah untuk memimpin ras kulit putih di dunia dalam Perang Salib terakhir melawan Untermenschen (subhumans) yang dipimpin Semit," ucap dia menjelaskan.

"Entah bagaimana, sekarang banyak artikel dan banyak jurnal mencoba menutupi klaim mereka sebelumnya dengan mengatakan, 'oke, mungkin mereka memiliki struktur di pasukan militer Ukraina, tetapi sekarang Nazi ini secara efektif memerangi Rusia'," katanya lagi.

Baca Juga: Evakuasi Singa dan Serigala dari Ukraina, Veteran Inggris Sebut Seperti Bawa Aslan

"Sekarang kita seharusnya memuliakan Nazi hanya karena fakta bahwa mereka memerangi boogeyman Barat, yaitu Rusia. Dan itu kembali ke lingkaran penuh ke Perang Dunia II, di mana Nazi Jerman memerangi Soviet Rusia," katanya.(Rizki Laelani/Pikiran-Rakyat.com)***

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah