4 Kebijakan yang Membuat Sri Lanka Krisis Ekonomi, Hutang Luar Negeri Hingga Kesalahan Pemotongan Pajak

- 16 April 2022, 07:35 WIB
Saat ini negaara Sri Lanka tengah mengalami krisis ekonomi besar-besaran yang membuat masyarakat kehilangan kepercayaan pada pemerintah.
Saat ini negaara Sri Lanka tengah mengalami krisis ekonomi besar-besaran yang membuat masyarakat kehilangan kepercayaan pada pemerintah. /PIXABAY/dmncwndrlch/

Meskipun terdapat tindakan dari Bank Sentral, menurut Sarvananthan pemulihan ekonomi dari kekacauan ini akan memakan wktu setidaknya lima tahun.

Dan lagi, meskipun pengurangan pajak konsumsi tidak langsung seperti PPN bisa bermanfaat bagi orang biasa, tetapi pengusaha kaya pada dasarnya menginginkan pengurangan pajak penghasilan perusahaan dan pribadi.

Baca Juga: Pernyataan Berbahaya NATO, Buat Perang Rusia-Ukraina Terancam Meluas Hingga ke Eropa

Apalagi dengan kondisi COVID-19 dan perang di Ukraina juga terus mendorong harga komoditas global.

“Namun bagaimanapun krisis ekonomi ini merupakan perbuatan Sri Lanka sendiri dan sudah berlangsung lama. Jadi tak ada salahnya bank mengambil kebijakan itu daripada membuang—buang waktu,” kata Sarvananthan.

Dr. W.A Wijewardena, mantan wakil gubernur Bank Sentral Sri Lanka berkata bahwa pemerintah membuat banyak kebijakan yang mengakibatkan ketidakseimbangan makroekonomi pada semua lini dan justru memperburuk krisis ekonomi.

Baca Juga: Perancis Usir 35 Diplomat Rusia, Simak Tanggapan dari Kremlin

Kesalahan pertama dimulai dari pemotongan pajak hingga pinjaman yang memperburuk. Kedua, penjualan cadangan devisa untuk menopang nilai tukar dengan dollar.

Ketiga, ide yang terlalu ambisius untuk beralih ke pertanian organik yang menyebabkan penurunan signifikan dalam hasil pertanian.

Masih menjadi mitra strategis

Halaman:

Editor: Shadinta Aulia Sanjaya

Sumber: DW News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah