Pendapatan Nelayan Berkurang Akibat Angin Kencang dan Gelombang Tinggi di Muncar Banyuwangi

- 22 Juli 2022, 18:25 WIB
Nelayan sedang memperbaiki perahu saat angin kencang dan gelombang tinggi di Muncar, Kabupaten Banyuwangi
Nelayan sedang memperbaiki perahu saat angin kencang dan gelombang tinggi di Muncar, Kabupaten Banyuwangi /Ringtimes Banyuwangi/Suci Annisa Caroline /

RINGTIMES BANYUWANGI - Cuaca buruk yang tengah melanda perairan membuat nelayan di wilayah Muncar, Kabupaten Banyuwangi harus menganggur beberapa waktu.

Deburan ombak keras saat ini sering menghantam perahu yang bersandar di pinggir pantai. Kondisi demikian cukup membahayakan pekerja laut dalam berlayar.

Salah seorang nelayan, Veril mengakui bahwa musim angin saat ini tidak bisa dipastikan. Padahal biasanya angin kencang diperkirakan datang pada bulan Agustus.

Baca Juga: Hari Anak, Bupati Ipuk Peringatinya Bareng Anak-Anak Disabilitas

“Cuaca buruk terjadi sudah dua bulan terakhir, ini cukup berdampak bagi nelayan seperti kami. Biasanya kami berlayar hampir setiap hari. Tapi sekarang harus menunggu kondisi cuaca yang memungkinkan,” kata Veril, saat wawancara dengan wartawan RingtimesBanyuwangi.com 22 Juli 2022.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kekayaan laut menjadi mata pencaharian utama bagi warga pesisir. Musim demi musim harus dilewati nelayan dan tentunya berpengaruh pada penghasilan.

Saat cuaca buruk, para nelayan memilih memperbaiki perahu milik mereka yang biasa disebut Slerek. Namun, tak jarang sebagian nelayan masih berani melaut dalam jarak dekat untuk menghidupi keluarga.

Baca Juga: Memiliki Dua Basis dan Tiga Pilar, Bupati Ipuk Luncurkan 'Banyuwangi Tanggap Stunting'

Akibat nelayan yang tidak dapat berlayar, kehidupan ekonomi tentunya mengalami penurunan yang drastis. Sebagai gantinya, mereka terpaksa mencari kerang di pinggiran laut untuk menambah penghasilan.

Ketergantungan pada alam yang tinggi menjadi persoalan yang serius. Apabila kondisi alam yang tidak ramah berlangsung secara terus-menerus, ini akan mempengaruhi hasil tangkap ikan.

“Kalau cuaca baik dan ikan melimpah, biasanya pulang membawa puluhan ton. Sebaliknya, bisa saja kami merugi kalau ternyata pulang tidak membawa apa-apa,” lanjut Veril.

Dalam berlayar, selain tenaga juga dibutuhkan biaya. Setiap sekali berangkat, perahu besar mengeluarkan modal awal untuk biaya transport sekitar Rp2 juta. Oleh karena itu, mereka berusaha selektif agar selamat dan tidak merugikan.

Baca Juga: Wamendag Apresiasi Langkah Banyuwangi Digitalisasi Transaksi di Pasar

Kelangkaan ikan tentunya berpengaruh pada harga pasar. Dalam kategori mahal, ikan sudah dibanderol cukup mahal dari pengepul.

“Ya kalau ikan seperti jenis lemuru, harga mahalnya sekitar Rp8.000 hingga Rp20.000 per kilogram. Kalau lagi murah justru jauh di bawah itu,” ungkap Veril.

Dampak perubahan iklim yang dialami masyarakat pesisir cukup berpengaruh pada kondisi perekonomian. Mereka harus rela mengeluarkan tabungan demi bertahan hidup.***

Editor: Rika Wulandari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x