Lanjutkan Inovasi Banyuwangi Tanggap Stunting, Dinkes: Dua Basis Tiga Pilar

- 14 Januari 2023, 08:11 WIB
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi memberikan stimulan nutrisi kepada anak usia bawah dua tahun dan ibu hamil resiko tinggi.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi memberikan stimulan nutrisi kepada anak usia bawah dua tahun dan ibu hamil resiko tinggi. /Instagram Dinkes Banyuwangi

RINGTIMES BANYUWANGI- Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2023 masih berfokus pada penanganan stunting atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Sejatinya Banyuwangi sendiri memiliki program Inovasi Banyuwangi Tanggap Stunting yang telah diluncurkan pada juni 2021 silam dan masih berlanjut hingga kini.

Upaya tersebut terus ditingkatkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi yang mana sebagai bagian dari pencapaian Banyuwangi Zero Stunting.

Baca Juga: 3 Akomodasi Wisata di Banyuwangi, Sensasi Staycation Murah dan Nyaman

Strategi penanganan stunting terdiri atas dua basis dan tiga pilar, seperti yang diungkapkan Plt. Kepala Dinkes Banyuwangi Amir Hidayat kepada Ringtimes Banyuwangi pada  Rabu, 11 Januari 2023.

“Dua basis tersebut adalah satu, bangun kolaborasi. Jadi kita tidak mungkin melaksanakan program ini tanpa support dan kolaborasi lintas sektor,” terang Amir.

Basis kedua adalah upaya maksimal dan terukur dengan melibatkan seluruh stakeholder termasuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan organisasi profesi untuk men-support program tersebut.

Baca Juga: Jelajahi Serunya 3 Wisata Unik di Kota Banyuwangi, Panorama Kota Banyuwangi

Sementara tiga pilar yang dimaksud adalah, pertama identifikasi. Yaitu Dinkes akan melakukan identifikasi balita stunting beserta faktor resikonya.

“By name, by address, by problem, by coordinate,” tuturnya.

Secara keseluruhan data tersebut akan terpapar pada tampilan laman Banyuwangi Tanggap Stunting di aplikasi resmi milik Pemerintah Daerah.

Baca Juga: Potensi Wisata Pantai Cemara Banyuwangi, Pantai Berhias Pohon

“Jadi koordinatnya sudah jelas. Ketika di-klik, itu nanti akan terlihat faktor determinannya,” lanjut Amir.

Faktor determinan atau faktor pemicu tersebut diantaranya bisa disebabkan oleh asupan nutrisi yang kurang karena faktor ekonomi atau kesalahan pola asuh, sakit, atau justru penyebabnya berasal dari sang ibu.

Pilar kedua adalah perbaiki seluruh masalah yang telah diidentifikasi, di mana Dinkes berharap dapat melakukan intervensi yang tepat sasaran.

Baca Juga: 2 Destinasi Wisata Bandung Bernuansa Romantis yang Menyejukkan Mata, Jangan Lewatkan

Ketika stunting diakibatkan oleh kurangnya gizi akibat rendahnya penghasilan, Pemerintah Daerah akan melakukan intervensi gizi selama satu tahun dengan prioritas balita usia di bawah dua tahun.

“Sehari Rp 15ribu, dikali satu bulan atau 30 hari, Rp 450ribu. Selama satu tahun,” bebernya.

Jika akar masalah terjadinya stunting adalah akibat pola asuh, maka akan ada pendampingan dari petugas kesehatan untuk dilakukan konseling, komunikasi dan edukasi kepada orangtua.

Baca Juga: Keindahan Wisata Alam Kawah Ijen Banyuwangi

Pilar ketiga adalah ukur perkembangan janin pada saat kehamilan, terutama ibu hamil resiko tinggi yang indikasinya adalah kurang energi kalori, kurus, lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm.

Ketika faktor pemicu stunting akibat ibu tersebut terjadi, maka tenaga kesehatan akan mengukur perkembangan janin secara berkala, dan begitupun setelah lahir akan diukur kembali panjang badannya.***

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x