Umumnya orang bisa punya rasa cemas untuk melindungi diri terhadap bahaya. Misalnya saat mau ujian karena cemas takut tidak lulus akhirnya belajar mati-matian dan bisa lulus.
Baca Juga: Dukung Pariwisata, TNI AU Akan Kembangkan Aerowisata di Banyuwangi
Rasa cemas ini dibutuhkan pada kadar tertentu untuk antisipasi terhadap suatu keadaan. Akan tetapi, apabila itu terjadi secara berlebihan bisa mengganggu.
Batasannya ialah apa yang dicemaskan atau dipikirkan biasanya sudah tidak rasional, tak sesuai kenyataan dan susah diubahkan pendiriannya.
Rachmat melanjutkan, overthinking bisa menjadi gangguan yang berat saat penderita benar-benar yakin dengan apa yang dipikirkannya.
Baca Juga: Jamin Keamanan Perjalanan Kereta Api, KAI Perketat SOP Stasiun Cicalengka dan Haurpugur
Padahal, orang disekitarnya melihat pikirannya itu tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh, pernah ada satu kejadian seorang wanita merawat ibu kandungnya yang menderita kanker nasofaring sampai ibunya itu meninggal.
Suatu saat ia merasa nyeri dan gatal di tenggorokan dan ia berpikiran bahwa dirinya sudah mengidap kanker yang sama seperti ibunya.
Baca Juga: Gotong Royong! PPPK Banyuwangi Bakal Turut Tangani Kemiskinan
Lalu, dia pergi ke dokter dan dokter hanya melihat itu bukan kanker tapi radang tenggorokan biasa dan dokter memberi obat.