Kita Semua Guru Sebelum Segala Sesuatu, Apapun Profesinya

18 Oktober 2021, 20:00 WIB
Pilihan menjadi guru dalam pemaknaan ataupun guru seutuhnya adalah hal yang harus disyukuri. Inilah ulasan singkat arti guru yang sebenarnya /Pixabay/Syauqi Fillah/

RINGTIMES BANYUWANGI - Kenakalan remaja, sebuah fenomena yang terjadi saat ini dan menjadi pekerjaan rumah untuk disegerakan dalam penyelesaian solusinya.

Jika diabaikan, maka yang terjadi adalah semakin besarnya efek kerusakan yang dihasilkan dan akan berujung pada kehancuran satu periode generasi serta remuknya negara tercinta ini.

Yang saat ini terbaca, proses perusakan memang dimulai dari merusak individu, dilanjutkan keluarga, merembet ke kerusakan masyarakat, dan bermuara pada kerusakan sebuah entitas yang lebih besar yakni negara.

Lantas siapakah yang melakukan ini semua? Apa target besarnya? Dan siapakah nantinya yang menerima amanah menyelesaikan permasalahan ini? Mari kita telaah bersama.

Baca Juga: Biografi Singkat Mbah Kyai Sholeh Abdullah Bin KH Abdullah Faqih Cemoro (1919 - 1997)

Di setiap zaman, pertentangan terus terjadi, dan al Qur'an menyebutkan hal ini sebagai pertarungan antara yang haq dengan yang bathil, selamanya yang haq akan memenangkan proses ini di ujungnya.

Seoeri kisah nabiyullah Muhammad SAW dengan Umar bin Hisyam, Musa dengan fir'aun di mesir, Nuh dengan Namrud, dan berbagai kisah lain di tsiroh nabawiyah, semua akan terus berulang dan sudah menjadi nash bahwa kebaikan menjadi panglima yang terus berdiri kokoh di ujung pertempuran ini.

Namun, agar kita bisa sesekali mendapatkan ibroh, ada kemenangan yang berpihak pada kebathilan, seperti kisah perang uhud yang menyampaikan pesan bahwa, kebathilan yang terorganisir pasti mengalahkan kebaikan yang tercerai berai.

Baca Juga: Perbedaan Wirid dan Dzikir, Terletak pada Waktu dan Tujuan

Lantas, siapakah yang menginginkan kerusakan? 

Pada tulisan ini, fokus diletakkan pada kerusakan akhlak.

Tentunya yang menjadi subjek dalam menghendaki kerusakan ini adalah setan yang dalam prosesnya melibatkan manusia.

Seperti yang telah difirmankan oleh Allah dalam QS. Ar Rum : 41

"Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat)[1] manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)"

Fenomena yang terjadi saat ini terkait kenakalan remaja menjadi pekerjaan rumah yang harus disegerakan dalam penyelesaian solusinya.

Jika diabaikan, maka yang terjadi adalah semakin besarnya efek kerusakan yang dihasilkan dan berujung pada kehancuran satu periode generasi serta remuknya negara tercinta ini.

Baca Juga: Pendapat Kita tentang Kaum Sufi, Penegak Kebaikan Kaum Muslimin

Pun sama, ketika disisi perusakan manusia terlibat, maka disisi pembuat kebaikan pun ada manusia serta akhlak yang terabaikan di kalangan generasi muda.

Seperti rasa hormat yang menurun kepada orang tua, ungkapan kasar bulying sesama rekan, tindak asusila dan tingkah laku lainnya yang menyimpang.

Manusia yang mengambil peran untuk menjadi solusi atas kerusakan ini adalah Guru.

Benar, guru. Yang mengemban tugas mulia untuk menyemai akhlak mulia.

Bagi penulis, guru yang dimaksud bukan profesi formal di kelas saja, namun lebih ke arah guru di ruang yang lebih dalam melakukan proses mendidik, memberi contoh dan menyeru sebanyak-banyak kepada manusia untuk tetap istiqomah di jalan kebaikan seperti apa yang sudah dicontohkan oleh para Nabi dan rasul.

Apapun profesinya, dilapis terdalam ada 'peran' guru.

Bahasanya akan seperti ini, saat menjadi polisi, maka membacanya, itu adalah guru yang menjadi polisi.

Saat melihat dokter, maka hakikatnya itu adalah guru yang menjadi dokter. Dan semua profesi lainnya.

Predikat "To Educate" inilah yang terembankan kepada semuanya, apapun profesinya.

Berlakulah hukum, "Nahnu Mudarris qobla kulli syai'in"  yang artinya kita adalah guru sebelum segala sesuatu.

Baca Juga: Kuasai Keahlian Mendengarkan, Atau Anda Akan Gagal Menjadi Pemimpin

Positioning nya menjadi subjek yang memimpin perubahan dan penyemaian akhlak mulia.

Kemudian memperbaikinya dari individu, berlanjut pada perbaikan keluarga, masyarakat dan selanjutnya pada baiknya negara ini.

Peran agung ini, melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Hadits shahih lighairihi ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal dengan lafadz ini dalam Musnad-nya 2/381, Imam Al Haakim dalam Mustadrak-nya 2/613, dan Imam Al Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad no. 273.

Sebagai simpulan dari tulisan ini, bersyukurlah yang sudah memilih untuk menjadi guru dalam pemaknaan menjadi guru seutuhnya apapun profesi yang saat ini Anda lakukan.

Karena dalam pilihan ini kita sedang ada di jalan para nabi. Dan qodarullah, semoga menjadi asbab turunnya keberkahan Allah dan syafaat Nabi Muhammad kelak terus tercurah melimpah untuk kita semua, amiin.***

Editor: Shofia Munawaroh

Tags

Terkini

Terpopuler