Tantangan besarnya memang disana, ketika mampu meletakkan ego sektoral kelembagaan dan menggantinya dengan kesadaran bersama untuk maju.
Dalam konteks kelembagaan, ruang kolaborasi bisa masuk di ranah pengelola lembaga, yayasan dan juga dilevel tenaga pendidik dan kependidikan.
Apapun, model dan ruang yang dipilih untuk kolaborasi, semua mensyaratkan kesepaham bersama bahwa ini adalah pilihan terbaik melaju lebih kuat dan jauh untuk lembaga pendidikan terbaik.
Baca Juga: Merubah Cara Pandang, Strategi Tepat Sekolah Memenangkan Pandemi
Sekarang, bagaimana memulainya? Setelah kesadaran bersama untuk tumbuh terbaik bersama sudah ada.
Maka, lanjutkan ini dengan duduk bersama membicarakan kebutuhan masing-masing lembaga, dan rangkai dengan mengkomunikasikan di dalm satu forum bersama.
Ada kekikukan bisa jadi, tapi proses sharing ini butuh terus dilakukan. Terkomunikasikannya kebutuhan ini, diikuti oleh saling berbagi solusi antar lembaga yang sudah terkolaborasikan itu.
Baca Juga: Memahami Level Energi Sekolah dari Riset 20 Tahun Peneliti Barat
Lembaga A ternyata membutuhkan sebuah sistem pembinaan mental karakter peserta didik.
Sumber daya manusia dan sistem tata alur kurikulum untuk mendukung kebutuhan itu belum dimiliki.