Analisa Gejolak Sosial Pandemik Covid-19

- 20 April 2020, 16:00 WIB
ILUSTRASI konflik politik.*
ILUSTRASI konflik politik.* /DEVANATH/PIXABAY/

Setidaknya ada tiga faktor mengapa gejolak sosial terjadi. Pertama, distribusi keadilan yang tak merata. Termasuk keadilan hukum, politik dan ekonomi.

Beberapa tahun ini rakyat sudah berteriak soal ini. Meski terkendali, tapi dalam situasi silent cinflict. Ada trigger, rawan pecah! (Baca teori dari Jonathan Turner).

Baca Juga: Challenge Tik Tok Berujung Celaka, Wanita di Inggris Sampai Mengalami Patah Kaki

Kedua, kelaparan. Kalau di rumah tak lagi ada beras, mereka jual perabotan. Perabotan habis, mereka minta bantuan dan pinjam sana-sini. Tak ketemu, mereka akan jual barang orang lain.

Mencuri, menjambret dan membegal tak lagi bisa dihindari. Hanya untuk makan. Bahaya!

Ketiga, negara melemah dan muncul kekuatan di luar sang penguasa. Kekuatan yang lahir biasanya tak jauh dari lingkaran istana. “Para pengkhianat” muncul dan memanfaatkan situasi darurat.

Ingat 1998? Para menteri mundur, Presiden Soeharto sendirian. Kekuatan di sekitar istana bermain dan memanfaatkan situasi darurat itu. Jeger!

Baca Juga: Ekonomi Dunia Melambat Sangat Signifikan dengan Banyak Ketidakpastian

Ini sudah hukum politik. Selama di luar istana tak ada kekuatan superior yang mampu kendalikan infrastruktur politik, maka pengkhianat di sekitar istana yang akan mengambil keuntungan dalam situasi darurat.

Ketika ekonomi negara terpuruk, rakyat kelaparan dan gejolak sosial masif terjadi, ini situasi sulit bagi bangsa ini. Belum lagi ada sekelompok orang yang profesinya “memancing di air keruh”. Mereka selalu memanfaatkan situasi darurat.

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x