Harga Sayuran di Singapura Naik Menyusul Kenaikan di Malaysia

5 Desember 2021, 13:19 WIB
Harga sayuran di Singapura terus mengalami kenaikan akibat gangguan rantai pasokan global di Malaysia. /ElasticComputeFarm/

RINGTIMES BANYUWANGI – Badan Pangan Singapura mengatakan akan memantau situasi naiknya harga sayuran.

Musim hujan yang terus berkepanjangan dan berbagai faktor lain menyebabkan harga sayuran naik 40 hingga 40 persen di Malaysia.

Mengingat sebanyak 64 persen stok sayuran Singapuran berasal dari impor Malaysia, mungkin akan memberikan dampak yang cukup besar bagi konsumen Singapura.

Baca Juga: Warga Desa Sumberwuluh Lumajang Mengunjungi Kampungnya yang Tertimbun Abu Vulkanik Gunung Semeru

Dampak Pada Supermarket Lokal

Dilansir laman Mothership pada Minggu, 5 Desember 2021, Juru bicara Fair Price mengatakan bahwa harga sayuran yang diimpor dari Malaysia secara umum tetap stabil.

Namun, harga sayuran yang peminatnya tinggi seperti mentimun dan pare, harganya naik sekitar 5 sampai 15 persen.

Juru bicara Fair Price mengatakan sejumlah supermarket di Singapura secara progresof telah menyesuaikan harga-harga sejak awal November 2021 lalu dan akan terus memantau situasi dengan cermat.

Baca Juga: Bukan Berevolusi dari Varian Delta, Omicron Covid-19 Diduga Berasal dari Pasien HIV

Juru bicara dari DFI Retail Grup, yang mengoperasikan jaringan supermarket Col Storage and Giant juga mengatakan hal yang senada bahwa, sejumlah barang produksi mereka telah mengalami peningkatan.

Namun, mereka mencatat bahwa harga kebutuhan pokok termasuk sayuran cukup rendah selama 14 bulan terakhir.

Ia juga mengatakan bahwa DFI Retail Grup akan terus berkomitmen untuk terus mendukung warga Singaura dalam menjaga harga kebutuhan pokok agar tetap stabil.

Menurut The Straits Time, kios sayur di Singapura juga ikut mengalami kenaika harga.

Baca Juga: Terungkap! Penyebab Gunung Semeru Meletus Menurut Kementerian ESDM

Apa yang Terjadi di Malaysia?

Musim muson Malaysia biasanya jatuh antara bulan Mei hingga September dan antara November hingga Maret.

Namun, Malaysia telah mengalami banyak musim hujan di bandingkan dengan musim muson sebelumnya, dan tren cuaca ini diperkirakan akan terus berlanjut.

Berdasarkan laporan Departemen Meteorologi pada 30 November 2021, hujan diatas rata-rata sekitar 20 hingga 40 persen akan lebih banyak di sebagian wilayah negara itu pada bulan Desember.

Baca Juga: Tagar PenjarakanRandy Naik di Trending Twitter usai Konferensi Pers Kasus Bunuh Diri Novia Widyasari

Hujan dengan intensitas yang tinggi itu telah merusak kondisi pertumbuhan sayuran dan berdampak pada produksi dan harga sayuran.

Mengutip sekretatis Asosiasi petani Sayuran Dataran Tinggi Cameron, Chay Ee Mong, mengatakan bahwa ada dua alasan lain yang memengaruhi kenaikan harga sayuran yaitu, kekurangan tenaga kerja dan kenaikan biaya.

Tenaga asing yang diandalkan di industri pertanian Malaysia, memilih untuk pulang ke tanah air akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga: Akurat dan Murah: Singapura Produksi Alat Tes PCR untuk Mendeteksi Varian Omicron dan Delta

Petani juga tidak bisa mempekerjakan buruh tani karena adanya pembekuan perekrutan tenaga kerja asing yang diberlakukan oleh pemerintah Malaysia sejak Juni 2020 lalu.

Pada saat yang sama, petani juga menghadapi peningkatan biaya produksi, seperti pupuk dan alat pertanian, karena adanya gangguan pada rantai pasokan global.***

Editor: Suci Arin Annisa

Sumber: Mothership

Tags

Terkini

Terpopuler