Situasi Genting Rusia Ukraina Meningkat, China Merasa Terjebak dan Disesatkan oleh Vladimir Putin

7 Maret 2022, 10:15 WIB
Ilustrasi perang/Hubungan China dan Rusia pecah. Pasalnya, Xi Jinping merasa terjebak dan disesatkan oleh Vladimir Putin atas perang yang dilakukannya. /Husni habib /Pixabay

RINGTIMES BANYUWANGI – Setelah Vladimir Putin melayangkan serangan ke Ukraina beberapa waktu lalu, kini hubugan China dan Rusia terus menjadi sorotan banyak pihak.

China bahkan sempet menyerukan dukungannya kepada Rusia atas invasi yang dilakukannya. Namun kini China justru dikabarkan tengah ketar ketir karena ketakutan.

Sebelumnya dikabarkan bahwa Wang Yi, Menteri Luar Negeri China menghubungi pihak Amerika Serikat terkait serangan yang diberikan Rusia kepada Ukraina.

Baca Juga: Situasi Terkini Rusia Invasi Ukraina, Gencatan Senjata Mulai Dilakukan

Di tengah meningkatnya situasi genting di dalam Partai Komunis China, salah satu seorang pakar mengklaim bahwa Xi Jinping merasa terjebak atas perang yang dilakukan Vladimir Putin kepada Ukraina.

Setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin berjanji kepada pemimpin China, Xi Jinping merasa telah disesatkan oleh Putin. Aksinya tersebut merupakan sebuah ambil alih yang cepat, efektif serta efisien di Ukraina.

Kini putusnya hubungan China dengan Rusia bisa menjadi pukulan telak bagi Presiden Vladimir Putin.

Baca Juga: NATO dan Polandia Akan Mengirim Jet Tempur kepada Ukraina, Putin Beri Ancaman Keras dengan Nuklir

Perang yang dilancarkan oleh Rusia di Ukraina telah memasuki hari ke-12 ketika pasukan Rusia terus menghadapi perlawanan sengit dari Ukraina.

Berbicara kepada GB News, Steve Tsang, direktur SOAS China Institute, mengatakan bahwa hubungan pemimpin China dengan mitranya dari Rusia semakin 'tegang'.

"Pemerintah China tetap diam karena Xi Jinping disesatkan ketika Putin berada di China," ucapnya dilansir dari Pikiranrakyat.com.

Dijelaskan jika sebelumnya Vladimir Putin 'menjanjikan serangan' terjadi setelah olimpiade di China, dan itu benar terjadi.

Baca Juga: Rusia Mulai Rasakan Imbasnya, Penjualan Bahan Makanan Telah Dibatasi Demi Antisipasi Pasar Gelap

Namun, hal itu bukan berarti akan mempengaruhi minat China di Ukraina.

"Ini menyiratkan bahwa apa pun yang ingin dilakukan Rusia harus sangat cepat, sangat efektif, dan sangat efisien," tuturnya lagi.

Dikatakannya ada perubahan kedudukan antara China dan Rusia, setelah invasi terjadi.

"Ini berarti perubahan pemerintahan di Ukraina dari yang sudah bersahabat dengan China menjadi yang berada di bawah kendali Rusia dan bahkan lebih bersahabat dengan China," katanya, dikutip dari Express.

Dia kemudian merujuk pertemuan antara kedua pemimpin bulan lalu, ketika mereka menyatakan bahwa persahabatan antara negara mereka 'tidak ada batasnya'.

Baca Juga: Vila hingga Kapal Pesiar Milik Orang Terkaya di Rusia Disita Italia, Imbas dari Invasi?

"Kegagalan Putin untuk menyampaikan berarti bahwa China telah menemukan beberapa batasan dalam 'persahabatan tak terbatas' dengan Rusia," ucap sang pakar.

Dia menambahkan bahwa hubungan itu menjadi semakin 'tegang' dan menunjuk pada perpecahan yang terjadi di puncak Partai Komunis China atas Rusia.

"Kami tahu bahwa orang-orang yang menjalankan kementerian luar negeri China memiliki lebih banyak keraguan tentang invasi dan dukungan China untuk itu," ucap Tsang.

China sejauh ini tetap diam di Ukraina, karena menteri luar negeri negara itu Wang Yi hari ini mendesak negosiasi untuk menyelesaikan krisis segera.

Dia juga meminta Barat untuk mempertimbangkan kekhawatiran Moskow tentang ekspansi NATO.

Baca Juga: Militer Rusia Disebut-sebut Tutupi Kekalahannya dengan Mengubur Jasad Pasukannya Secara Massal

Sebagai tanda China mundur dari Rusia, perusahaan TikTok yang berbasis di negeri bamabu itu mengatakan akan menangguhkan streaming langsung di Rusia di tengah undang-undang 'berita palsu' baru negara itu.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-rakyat.com dengan judul China dan Rusia Pecah Kongsi, Xi Jinping Diklaim Merasa 'Disesatkan' oleh Vladimir Putin

Selain itu, bank pembangunan yang dipimpin China menangguhkan semua bisnis dengan Rusia dan Belarusia.

Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) mengatakan pihaknya menunda semua kegiatan yang terkait dengan kedua negara mengingat 'situasi ekonomi dan keuangan yang berkembang'.

Pengumuman itu muncul setelah beberapa lembaga keuangan milik negara China, termasuk Bank of China, menghentikan pembiayaan untuk kesepakatan yang melibatkan komoditas Rusia.*** (Rahmi Nurfajriani/Pikiran Rakyat)

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler