RINGTIMES BANYUWANGI – Di tengah invasi Rusia ke Ukraina yang terjadi, sikap pemerintah resmi Indonesia mendapat sorotan dari profesor dari Amerika Serikat.
Pasalnya, pemerintah Indonesia diketahui tidak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
Zachary Abuza yang merupakan seorang professor di National College di Amerika Serikat pun menyoroti sikap pemerintah Indonesia tersebut.
Khawatir dengan dampak negatif terhadap pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid 19 di Indonesia hingga akhirnya membuat pemerintahan Presiden Jokowi mengambil sikap netral atas invasi Rusia.
"Bagi Rusia, cukup dengan membuat Indonesia tidak secara langsung mengutuk mereka atau bahkan menggunakan istilah 'invasi'," kata Abuza, dikutip dari Pikiran Rakyat dari SCMP.
Bahkan, ia juga menggambarkan bahwa sikap Indonesia terhadap Ukraina sebagai "pengecut diplomatik belaka".
Baca Juga: Viral Rekaman Penghancuran Kendaraan Lapis Baja dan Peralatan Militer Ukraina oleh Rusia
Zachary Abuza justru menyoroti Nahdlatul Ulama (NU) bisa menjadi kelompok yang memberikan kepeduluan terhadap hak asasi manusia (HAM) seperti yang terjadi di Ukraina.
Ia menyebut NU sebagai kelompok Islam terbesar di dunia bisa menemukan jalan tengah untuk mengutuk invasi Rusia.
Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-rakyat.com dengan judul Profesor Asal AS Soroti Sikap Indonesia Tidak Kutuk Invasi Rusia ke Ukraina: Pengecut Diplomatik Belaka
Sebelumnya, Presiden Jokowi memberikan komentarnya terkait upaya gagal dialog damai antara Rusia-Ukraina. Ia menggambarkan situasi perang di Ukraina akan menjadi pengungsi terbesar sepanjang abad.
"Apabila krisis berlanjut, niscaya akan terjadi 'krisis pengungsi terbesar sepanjang abad'. Inilah yang harus kita sama-sama cegah agar jangan sampai terjadi," kata Jokowi dalam pernyataannya di akun Twitter resminya @jokowi, Selasa, 8 Maret 2022.
Jokowi menekankan perang adalah soal ego yang melupakan sisi kemanusiaan dan hanya menonjulkan kepentingan kekuasaan.*** (Julkifli Sinuhaji/Pikiran Rakyat)