KRISIS! Warga Sri Lanka Tunggu Di Kediaman Presiden dan Perdana Menteri untuk Segera Turun

11 Juli 2022, 08:45 WIB
Foto viral demonstrasi mengepung rumah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menuntut Presiden turun jabatan /Instagram @undercover.id

 

RINGTIMES BANYUWANGI - Warga Sri Lanka bergerak protes di sekitar kediaman presiden dan perdana menteri pada Minggu demi jajaran presiden dan perdana menteri segera mundur dari jabatannya.

Ribuan pengunjuk rasa menyerbu rumah dan kantor Presiden Gotabaya Rajapaksa dan kediaman resmi Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe sejak hari Sabtu waktu setempat.

Demonstrasi dilakukan atas ketidakmampuan Presiden Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe dianggap tidak dapat mengatasi krisis ekonomi yang menghancurkan perekonomian sehingga meletus menjadi kekerasan.

Gotabaya Rajapaksa terpaksa akan resmi mundur pada 13 Juli, sementara Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe juga mengatakan dia akan mundur.

Baca Juga: Meninggalnya Mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe Tinggalkan 4 Warisan Untuk Jepang

Penulsid rama Ruwanthie de Chickera turut ikut serta melakukan demonstrasi di Kolombo, ia mengatakan bahwa presiden dan perdana menteri harus mengundurkan diri dan seluruh pemerintah yang menjabat periode ini harus pergi.

Melihat keramaian sedang mengarah padanya, Ruwanthie de Chickera memprediksi massa tidak akan keluar dari kediaman resmi presiden dan perdana menteri sebelum presiden dan perdana menteri resmi turun.

Meskipun ketenangan telah kembali di sepanjang jalan Kolombo pada hari Minggu, setiap hari warga Sri Lanka masih terlihat penasaran berkeliaran di istana presiden untuk segera di geledah.

Baca Juga: Shinzo Abe Eks PM Jepang Dikonfirmasi Meninggal Dunia

Alhasil, sekitar kediaman presiden secara tidak berhenti dijaga oleh anggota pasukan keamanan dengan senapan serbu yang berdiri di luar kompleks untu menghentikan orang yang mencoba untuk masuk.

"Saya belum pernah melihat tempat seperti ini dalam hidup saya. Mereka menikmati kemewahan yang super, sementara kami menderita. Kami ditipu," ujar penjual saputangan berusia 61 tahun B.M. Chandrawathi, yang kala itu ditemani oleh putri dan cucunya.

Di dekatnya, sekelompok pemuda bersantai di tempat tidur bertiang empat dan yang lainnya berdesak-desakan di atas treadmill yang dipasang di depan jendela besar menghadap ke halaman rumput yang terawat.

Baca Juga: Kronologi Penembakan Shinzo Abe Eks PM Jepang di Nara

Kekacauan politik yang didahului oleh Sri Lanka semakin memperumit upaya pemerintahan Sri Lanka untuk keluar dari krisis ekonomi terburuknya dalam tujuh dekade.

Hal ini dipicu oleh kekurangan mata uang asing yang semakin parah ditandai dengan penghentikan impor kebutuhan pokok seperti bahan bakar, makanan dan obat-obatan.***

Editor: Al Iklas Kurnia Salam

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler