Nuklir Rusia Tak Digubris, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Anggap Hanya Gertakan

- 10 Maret 2022, 16:50 WIB
Ancaman serangan nuklir dari pasukan militer Rusia dianggap sepele oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Ancaman serangan nuklir dari pasukan militer Rusia dianggap sepele oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. /Instagram/zelenskyy_official/

RINGTIMES BANYUWANGI - Di tengah ancaman serangan nuklir Presiden Rusia, Valdimir Putin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menanggapinya dengan tenang.

Bahkan Volodymyr Zelenskyy menyebut ancaman Vladimir Putin terkait penggunaan senjata nuklir hanyalah sebuah gertakan.

Tak cukup di situ, dirinya juga menyebut bahwa ancaman Vladimir untuk menggunakan senjata nuklir itu menunjukkan kelemahannya.

Baca Juga: Jadi Korban Serangan Mortir Rusia, Seorang Ibu dan 2 Anaknya Tewas Saat Mencoba untuk Melarikan Diri

"Saya pikir ancaman perang nuklir adalah gertakan," kata Volodymyr Zelenskyy dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Jerman Die Zeit, yang diterbitkan pada Rabu, 9 Maret 2022.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-Rakyat.com dengan judul: Presiden Ukraina Remehkan Ancaman Nuklir Valdimir Putin, Volodymyr Zelenskyy: Hanya Sebuah Gertakan

Menurutnya, menjadi seorang pembunuh dengan bunuh diri adalah dua hal yang berbeda.

"Setiap penggunaan senjata nuklir berarti akhir bagi semua pihak, bukan hanya bagi orang yang menggunakannya," tutur Volodymyr Zelenskyy dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Arabiya.

Dirinya juga menambahkan bahwa ancaman nuklir Vladimir Putin menunjukkan kelemahan dirinya.

"Anda hanya mengancam penggunaan senajat nuklir ketika tidak ada cara lain yang berhasil," katanya.

Baca Juga: Daftar 9 Jenderal Militer Rusia yang Telah Gugur dalam Invasi ke Ukraina

"Saya yakin bahwa Rusia menyadari konsekuensi bencana dari setiap upaya untuk menggunakan senjata nuklir," ucapnya.

Tiga hari setelah invasi Rusia, Vladimir Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa dia telah memerintahkan 'pasukan pencegahan' nuklir di negara itu dalam siaga tinggi.

Keesokan harinya, pasukan rudal nuklir Rusia dan armada Utara dan Pasifik ditempatkan pada tugas tempur yang ditingkatkan.

Rusia melancarkan serangannya ke Ukraina pada 24 Februari. Sejauh ini, konflik tersebut telah menyebabkan puluhan korban sipil.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya mencatat 516 tewas dan 908 terluka, memperkirakan bahwa angka sebenarnya "jauh lebih tinggi." (Puji Fauziah/Pikiran-Rakyat.com)***

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah