Pasukan Vladimir Putin Andalkan China Atasi Sanksi, AS Peringatkan Invasi Beijing

- 14 Maret 2022, 21:00 WIB
Di tengah perang Rusia-Ukraina, pasukan Vladimir Putin andalkan bantuan China untuk mengatasi sanksi ekonomi. AS malah ingatkan invasi lain.
Di tengah perang Rusia-Ukraina, pasukan Vladimir Putin andalkan bantuan China untuk mengatasi sanksi ekonomi. AS malah ingatkan invasi lain. /SPUTNIK/VIA REUTERS

RINGTIMES BANYUWANGI – Gejolak peperangan antara Rusia (pasukan Vladimir Putin) dengan Ukraina masih menjadi sorotan kancah internasional.

Bahkan genjatan senjata Rusia yang menginvasi Ukraina ini kemungkinan tengah memasuki babak baru.

Ditengah konflik yang semakin mencekam tersebut, Amerika Serikat (AS) malah memberikan peringatan atas kemungkinan terjadinya invasi Beijing.

Peringatan ini didasari oleh Rusia yang mengklaim bahwa pasukan Vladimir Putin mengandalkan China untuk memberikan bantuan.

Baca Juga: Rusia Dibantu China Bersiap Hadapi Sanksi Barat, Persahabatan Putin dan Xi Jinping Terbukti Kuat

Rusia tengah menggantungkan diri kepada bantuan China untuk menahan dan mencegah kemerosotan atas sanksi ekonomi yang sangat melumpuhkan pasukan Vladimir Putin tersebut.

Sanksi ekonomi itu diterapkan untuk Rusia oleh negara-negara Barat atas perang di Ukraina.

Sementara itu, Amerika Serikat memperingatkan China untuk tidak memberikan bantuan atas sanksi yang diberikan untuk Rusia tersebut.

Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan sanksi telah membuat Moskow kehilangan akses dalam emas dan cadangan devisa.

Ia menambahkan bahwa ada tekanan pada Beijing untuk menutup lebih banyak cadangan.

Baca Juga: Usai Dibanjiri Sanksi, Presiden Rusia, Vladimir Putin Siap Balas Dendam: Ini Adalah Respons Logis

“Kami memiliki sebagian dari cadangan emas dan valuta asing kami dalam mata uang China, dalam yuan. Dan kami melihat tekanan apa yang diberikan oleh negara-negara Barat pada China untuk membatasi perdagangan timbal balik dengan China.

“Tentu saja, ada tekanan untuk membatasi akses ke cadangan itu,” katanya, dilansir dari Al Jazeera.

“Tetapi saya pikir kemitraan kami dengan China akan tetap memungkinkan kami untuk mempertahankan kerja sama yang telah kami capai, dan tidak hanya mempertahankan, tetapi juga meningkatkannya di lingkungan di mana pasar Barat ditutup,” tambahnya.

Negara-negara Barat telah memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada perusahaan dan sistem keuangan Rusia.

Baca Juga: Jatuhkan 'Salah' ke Barat atas Lonjakan Harga Energi Dunia, Vladimir Putin Ungkap Kebenarannya

Sanksi diberlakukan sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya operasi militer khusus.

Dikutip Ringtimesbanyuwangi.com dari berita Depok.Pikiran-Rakyat.com berjudul "Rusia Sebut Andalkan China untuk Bantu Atasi Dampak Sanksi Ekonomi, AS Peringatkan Beijing: Ada Konsekuensi"

Komentar Siluanov dalam sebuah wawancara TV menandai pernyataan paling jelas dari Moskow bahwa pihaknya akan mencari bantuan dari China untuk meredam efeknya.

Namun, NSA AS Jake Sullivan mengatakan Washington telah memperingatkan China untuk tidak memberikannya.

“Kami berkomunikasi secara langsung, secara pribadi ke Beijing, bahwa pasti akan ada konsekuensi untuk sanksi skala besar, upaya penghindaran atau dukungan ke Rusia untuk mengisinya kembali,” kata Sullivan.

Baca Juga: 16 Ribu Pasukan Tambahan Siap Bantu Vladimir Putin Taklukkan Ukraina

“Kami tidak akan membiarkan itu berlanjut dan membiarkan ada jalur kehidupan ke Rusia dari sanksi ekonomi ini dari negara mana pun, di mana pun di dunia,” tambah Sullivan.

Ia dijadwalkan bertemu dengan diplomat top China Yang Jiechi di Roma pada Senin, 14 Maret 2022 waktu setempat.

China telah menjadi salah satu dari sedikit negara yang menghindari mengkritik Rusia atas invasi mereka ke Ukraina.

Xi Jinping dari China menjamu Presiden Rusia Vladimir Putin untuk pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Beijing hanya beberapa minggu sebelum Rusia meluncurkan invasi 24 Februari.

Selama kunjungan Putin ke China bulan lalu, kedua pemimpin mengeluarkan pernyataan 5.000 kata yang menyatakan tidak ada batas dalam persahabatan antara kedua negara.

Pejabat China juga mengatakan Washington seharusnya tidak dapat mengeluh tentang tindakan Rusia karena AS menginvasi Irak dengan alasan palsu.

AS mengklaim memiliki bukti Saddam Hussein menimbun senjata pemusnah massal meskipun tidak pernah ditemukan.***(Linda Agnesia/Depok.Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Suci Arin Annisa

Sumber: Depok.pikiran-rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x