Kita Semua Menjalankan Peran ini, Menjadi Guru Sebelum Segala Sesuatu

- 2 September 2021, 20:53 WIB
Ternyata, semua orang telah menjalankan peran menjadi seorang guru sebelum segala sesuatu terjadi. Bersyukurlah, kita sedang dijalan nabi.
Ternyata, semua orang telah menjalankan peran menjadi seorang guru sebelum segala sesuatu terjadi. Bersyukurlah, kita sedang dijalan nabi. /ANTARA FOTO/

RINGTIMES BANYUWANGI - Fenomena yang terjadi saat ini terkait kenakalan remaja menjadi pekerjaan rumah untuk disegerakan terselesaikan solusinya yang jika diabaikan yang terjadi adalah semakin besarnya efek kerusakan yang dihasilkan dan berujung pada kehancuran satu periode generasi dan remuknya negara tercinta ini.

Yang saat ini terbaca, proses perusakan memang dimulai dari merusak indidu, dilanjutkan keluarga, merembet ke kerusakan masyarakat, dan bermuara pada kerusakan sebuah entitas yang lebih besar yakni negara.

Lantas siapakah yang melakukan ini semua? Apa target besarnya? Dan siapakah nantinya yang menerima amanah menyelesaikan permasalahan ini? inshaAllah, bersama kita akan telaah bersama.

Baca Juga: Anda Guru atau Kepala? Lakukan Dua Hal ini, Temukan Pertumbuhan Positif Terbaik di Sekolah

Di setiap zaman, pertentangan terus terjadi, dan al Qur'an menyebutkan sebagai pertarungan antara yang haq dengan yang bathil, selamanya, yang haq memenangkan proses ini di ujungnya.

Kisah nabiyullah Muhammad SAW dengan Umar bin Hisyam, Musa dengan fir'aun di mesir, Nuh dengan Namrud, dan pelbagai kisah lain di tsiroh nabawiyah.

Semua akan terus berulang, dan sudah menjadi nash bahwa kebaikan menjadi panglima yang terus berdiri kokoh di ujung pertempuran ini.

Baca Juga: 3 Cara Mengajar Guru agar Murid Cepat Paham, Ustadz Abdul Somad Beri Penjelasan

Namun, sesekali agar kita mendapatkan ibroh, ada kemenangan yang berfihak pada kebathilan, seperti kisah perang uhud.

Yang menyampaikan pesan bahwa kebathilan yang terorganisir pasti mengalahkan kebaikan yang tercerai berai.

Lantas, siapakah yang menginginkan kerusakan? Di tulisan ini fokus diletakkan pada kerusakan akhlak.

Baca Juga: Gaya Belajar yang Paling Diminati Siswa, Guru Harus Tahu Ini

Tentunya yang menjadi subjek yang menghendaki kerusakan ini adalah syaitan yang dalam prosesnya melibatkan manusia. Seperti yang telah difirmankan Allah dalam Ar Rum : 41.

"Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat)[1] manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".

Fenomena yang terjadi saat ini terkait kenakalan remaja menjadi pekerjaan rumah untuk disegerakan terselesaikan solusinya.

Baca Juga: Viral Wanita Ungkap Gaji Guru Honorer yang Dinilai Miris, Netizen: Semoga Berkah

Jika diabaikan yang terjadi adalah semakin besarnya efek kerusakan yang dihasilkan dan berujung pada kehancuran satu periode generasi dan remuknya negara tercinta ini.

Pun sama, ketika disisi perusakan manusia terlibat, maka disisi pembuat kebaikan pun ada manusia. Akhlak yang terabaikan dikalangan generasi muda.

Seperti, rasa hormat yang menurun kepada orang tua, ungkapan kasar bullying sesama rekan, tindak asusila dan tingkah laku lainnya yang menyimpang.

Baca Juga: Beasiswa S2 untuk Guru, Segera Mendaftar Sebelum Terlambat

Manusia yang mengambil peran untuk menjadi solusi atas kerusakan ini adalah Guru. Benar, guru.

Yang mengemban tugas mulia untuk menyemai akhlak mulia. Bagi penulis, guru yang dimaksud bukan profesi formal di kelas saja, namun lebih ke arah guru di ruang yang lebih dalam yang melakukan proses mendidik, memberi contoh dan menyeru sebanyak-banyak manusia untuk tetap istiqomah di jalan kebaikan seperti yang dicontohkan para Nabi para rasul.

Apapun profesinya, dilapis terdalam ada 'peran' guru. Bahasanya akan seperti ini, saat menjadi polisi, maka membacanya, itu adalah guru yang menjadi polisi.

Baca Juga: Ilmu Branding untuk Sekolah Antara Perusahaan dan Lembaga Pendidikan, Apakah Ada?

Saat melihat dokter, maka hakikatnya itu adalah guru yang menjadi dokter. Dan semua profesi lainnya.

Predikat "To Educate" inilah yang terembankan kesemuanya, apapun profesinya. Berlakulah hukum, Nahnu Mudarris qobla kulli syai'in. kita adalah guru sebelum segala sesuatu.

Positioningnya menjadi subjek yang memimpin perubahan dan penyemaian akhlak mulia. Memperbaikinya dari individu, berlanjut pada perbaikan keluarga, masyarakat dan selanjutnya pada baiknya negara ini.

Baca Juga: Anda Guru atau Kepala? Lakukan Dua Hal ini, Temukan Pertumbuhan Positif Terbaik di Sekolah

Peran agung ini, melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia" Hadits shahih lighairihi ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal dengan lafadz ini dalam Musnad-nya 2/381, Imam Al Haakim dalam Mustadrak-nya 2/613, dan Imam Al Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad no. 273.

Sebagai simpulan dari tulisan ini, bersyukurkan yang sudah memilih untuk menjadi guru dalam pemaknaan menjadi guru seutuhnya apapun profesi yang saat ini Anda lakukan, karena dalam pilihan ini kita sedang ada dijalan para nabi.

Baca Juga: Nafas Panjang Pendidikan 90 Hari Kedepan, Siapkah?

Dan qodarullah, semoga menjadi asbab turunnya keberkahan Allah dan syafaat Nabi Muhammad kelas terus tercurah melimpah untuk kita semua, amiin.***

Mas Rofi'
CEO SmartGen Indonesia
Praktisi School Branding Strategy
Certified ESQ 3.0 Coach

Editor: Suci Arin Annisa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah