Padahal, Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Kepala Komando Cadangan Strategis (Kostrad), langsung menyalahkan PKI.
Mendapati hal itu terjadi, pasukan komando segera mencurigai komunis hingga pada akhirnya mereka harus dibantai di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sumatera Utara yang diperkiraan jumlah korbannya mencapai 400.000 dan satu juta orang.
Baca Juga: Latar Belakang G30S PKI dan Kaitannya dengan Rezim Komunis
Diduga bahwa pembunuh komunis ini adalah unit tentara, geng sipil yang menerima persenjataan dari militerdan sayap pemuda militan Ansor dari Nahdlatul Ulama hingga pembunuhan keji ini harus berlanjut hingga tahun 1965 dan 1966.
Sementara itu, mulai awal tahun 1966, Angkatan Darat mengadakan demonstrasi mahasiswa anti-Soekarno dalam upaya untuk meningkatkan kekacauan di ibu kota Jakarta dan dengan demikian meningkatkan tekanan terhadap Soekarno.
Dalam situasi yang tidak bersahabat ini, Sukarno dengan enggan menandatangani dekrit Supersemar atas desakan tentara. Penandatanganan berlangsung di Istana Kepresidenan Bogor, 60 kilometer di selatan Jakarta.
Pergeseran Kekuasaan: Konsekuensi dari Supersemar
Setelah memiliki kekuasaan yang luas, Soeharto dengan cepat melarang Partai Komunis Indonesia (PKI) keesokan harinya dan sekitar satu minggu kemudian lima belas menteri loyalis Soekarno ditangkap oleh tentara.
Baca Juga: Dituding Sebagai Mars PKI, Begini Lirik Lagu Genjer-genjer Karya Arief Muhammad
Soeharto kemudian mengubah komposisi MPRS dan hampir setahun kemudian MPRS ini memilih untuk menghapus semua kekuatan politik Sukarno dan menunjuk Soeharto sebagai penjabat presiden baru negara itu.