Peristiwa 12 September, Kegagalan Dinasti Ottoman dalam Perang Wina

- 12 September 2020, 08:10 WIB
Lukisan pertempuran Wina
Lukisan pertempuran Wina /Juliusz Kossak/

Mereka hanya menyisakan sekitar 12 ribu pasukan ditambah dengan sekitar 5000 orang sipil tak terlatih untuk mempertahankan Kota Wina. 

Sekilas apa yang dilakukan Raja Leopold I tampak seperti sebuah tindakan pengecut. Namun nanti ternyata bahwa tindakan tersebut ikut andil menyelamatkan kota Wina.

Kepergian Raja Leopold I beserta sebagian besar pasukannya membuat kota Wina memiliki persediaan makanan yang membuat mereka mampu bertahan lebih lama dari yang diperkirakan oleh Mustafa Pasha.

Baca Juga: 7 Cara Cepat, Mudah, dan Hemat untuk Ganti Suasana Interior Rumah

Pasukan Turki mulai membangun kubu-kubu pengepungan di sekeliling benteng kota. Sambil menyusun pengepungan, Mustafa Pasha meneror kota dengan menembakkan puluhan anak panah berisi tuntutan damai khas Islam: "Bertobatlah menjadi muslim dan serahkan kota, atau bersiaplah untuk berperang!"

Sementara itu, saat seluruh Eropa dilanda ketegangan karena pengepungan kota Wina dan terfokus untuk mempersiapkan bantuan, Perancis justru mengambil kesempatan tersebut untuk secara licik menyerang Belanda yang saat itu ada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi Suci. Tindakan tak bermoral ini membuat Raja Louis XIV dari Perancis dijului sebagai "Orang Turki yang paling Kristen!"

Setelah tuntutan damainya diabaikan oleh gubernur kota Wina yaitu Ernst Rudiger von Starhemberg, pasukan Turki mulai menyerang benteng pertahanan Kota Wina dengan ratusan kanon.

Baca Juga: Peluang Pekerja Terima BLT Rp600 Ribu meski Sudah Tak Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan

Tetapi setelah beberapa hari serangan sengit dilakukan, nyatalah bahwa tembok pertahanan Kota Wina amat kokoh dan berlapis sehingga tidak dapat ditembus dengan mudah.

Senjata-senjata kanon orang Austria juga lebih baik sehingga membuat pasukan penyerang kewalahan dan berkali-kali dipukul mundur dengan banyak korban tewas.

Akhirnya setelah seminggu serangan kanon gagal membongkar tembok pertahanan, Mustafa Pasha mulai menggunakan strategi lain, yaitu menggali terowongan bawah tanah untuk meletakkan bom-bom di bawah tembok pertahanan kota. Tetapi, strategi tersebut segera dikenali pasukan Austria.

Mereka mengatasinya dengan membuat alat deteksi sederhana berupa ember air yang diletakkan di sekeliling tembok pertahaan.

Jika keberadaan terowongan Turki berhasil dideteksi, mereka membuat terowongan dari arah benteng untuk merusaknya.

Tidak jarang kedua pasukan bertemu di dalam terowongan dan bertempur di dalam kegelapan terowongan.

Sementara itu pasukan bantuan dari sekutu Kristen mengalami berbagai kesulitan dalam berkoordinasi sehingga tidak dapat segera datang memberikan bantuan.

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x