Rusia Merasa Terancam Dengan Aktivitas YouTube, Moskow Tuntut Google untuk Berhenti

19 Maret 2022, 22:00 WIB
Aktivitas YouTube membuat Rusia terasa terancam karena terdapat unsur anti-Rusia, sehingga Moskow menuntut Google untuk menghentikannya /Pixabay/

RINGTIMES BANYUWANGI - Akhir-akhir ini Rusia merasa terancam karena aktivitas Youtube yang bisa membuat warganya tidak tenang.

Rusia menganggap unggahan dari Youtube adalah sebuah ancaman di tengah invansi Ukraina saat ini, sehingga Moskow meminta Google Alphabet Inc untuk segera menghentikannya. 

Seperti yang dikatakan Roskomnadzor, selaku regulator Rusia bahwa terdapat iklan YouTube yang menyebarkan pemahaman untuk anti-Rusia. 

Baca Juga: Vladimir Putin Disebut Sebagai Penjahat Perang, Beberapa Negara Sedang Melakukan Penyelidikan

Sebagaimana yang dilansir dari laman Al-Jazeera pada Sabtu, 19 Maret 2022, iklan Youtube itu mengajak sistem komunikasi dan jaringan kereta api Belarus segera ditangguhkan. 

Roskomnadzor mengatakan aktivitas Youtube adalah teroris yang telah mengancam kehidupan dan kesehatan mental warga Rusia. 

Lalu dia juga menegaskan pada Google untuk segera menghentikan kampanye iklan tersebut supaya video anti-Rusia bisa dihentikan. 

Baca Juga: Suasana Pertemuan PBB Memanas, Ukraina Tuding Rusia Serang Masjid Bahkan Tembaki 80 Jemaah

Tapi sayangnya pihak Google belum membalas tanggapan tersebut. YouTube, yang telah memblokir media dengan dana Rusia secara global, juga berada di bawah tekanan berat dari regulator komunikasi dan politisi Rusia. 

Sebelumnya mereka mendapatkan akun dari Ukraina yang mengatakan kematian atas penjajah Rusia. Hal itu pun membuat Moskow marah dan memblokir Instagram tersebut yang juga telah menghentikan akses Facebook di negaranya. 

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev turut mengkritik sikap perusahaan Meta dan Instagram yang mengizinkan postingan tersebut muncul di media sosial.

Baca Juga: 40.000 Tentara Suriah Siap Bantu Invasi Rusia, Kemenhan Ukraina: Mengurangi Semangat Juang

Membalas sikap mereka Medvedev dengan mengatakan bahwa negaranya memiliki alat serta pengalaman untuk mengembangkan media sosial sendiri.

Dia juga menambahkan hal tersebut merupakan 'permainan satu arah' dari perusahaan Barat yang mengendalikan arus informasi saat ini tidak dapat diteruskan lagi.

Maka dari itu supaya kembali seperti semula, dia mengatakan pihak mereka harus menunjukan indenpendensi serta sikap baik terhadap negara dan warganya.***

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Al-Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler