Bala Bantuan Nasional dan Internasional untuk Afganistan, Joe Biden Pertimbangkan Bantu Korban Gempa

23 Juni 2022, 14:50 WIB
Jumlah korban tewas akibat gempa dahsyat yang mengguncang Afganistan kini menjadi 950 orang dan 600 orang dilaporkan terluka. /Media malang/

RINGTIMES BANYUWANGI - Gempa bumi dahsyat yang menimpa Afganistan hingga menelan kematian sebanyak 1.000 korban kini membuat Taliban meminta bantuan pertolongan.

Negara Pakistan, di mana pejabatnya mengatakan satu orang tewas dalam gempa itu, mengatakan akan mengirim bantuan darurat, seperti tenda.

Médecins Sans Frontires (MSF) Afganistan di Khost juga mengatakan timnya telah bekerja sama dengan pemerintah Afganistan yang memimpin, Taliban untuk memberikan dungan.

Palang Merah Inggris mengatakan timnya sedang mengatur pengiriman makanan, obat-obatan, perumahan, air, dan tempat penampungan di wilayah yang terletak dekat perbatasan dengan Pakistan. 

Baca Juga: Punya Tujuan yang Sama untuk Kuasai Dunia, China Diam-diam Danai Rusia Perangi Eropa

Intersos, sebuah organisasi bantuan kemanusiaan nirlaba yang bekerja di Afganistan, mengatakan bencana itu sangat memberikan buruk bagi warga Afghanistan.

Intersos mengatakan bahwa bala dokter dan perawat organisasi sedang dalam perjalanan untuk mendukung mereka yang sangat membutuhkan perawatan medis.

Bencana tersebut menimbulkan tantangan besar bagi Taliban, yang sebagian besar telah mengisolasi Afganistan sebagai akibat dari kebijakan Islam garis keras mereka, khususnya penaklukan perempuan dan anak perempuan. 

Baca Juga: Korban Tewas Gempa Bumi di Afghanistan Mencapai 1000 Orang, Taliban: Kami Sangat Butuh Lebih Banyak Bantuan

Padahal, jauh sebelum pengambilalihan Taliban, tim tanggap darurat Afghanistan telah dikerahkan untuk menangani bencana alam yang sering melanda negara itu.

Tetapi kini hanya segelintir pesawat dan helikopter yang layak terbang yang tersisa sejak Taliban kembali berkuasa.

Hal inilah memberikan banyak tanggapan langsung dari masyarakat Afganistan. Karim Nyazai yang berada di ibu kota provinsi telah kembali untuk menemukan desanya yang hancur dan menemukan 22 anggota keluarga besarnya telah tewas.

"Saya hidup jauh dari keluarga saya yang tinggal di desa terpencil di distrik Gyan. Saya pergi ke sana setelah saya mendapatkan menemukan mobil di pagi hari," ucap Karim seperti dikutip dari The Guardian. 

Baca Juga: Burkini Dilarang di Kolam Renang Umum Grenoble Prancis dengan Alasan Melanggar Prinsip Netralitas

Karim menambahkan, pemandangan desa pada saat itu sudah dalam kondisi terkubur. Banyak warga yang berhasil keluar, kemudian membantu mengeluarkan tubuh korban lain yang masih tertimpa puing-puing. Banyak mayat yang berbungkus selimut.

“Saya kehilangan 22 anggota keluarga besar, termasuk saudara perempuan saya, dan tiga saudara laki-laki saya. Lebih dari 70 orang di desa meninggal.” ujar Karim.

Salah satu korban selamat, Arup Khan (22) menggambarkan kondisi ketika gempa terjadi.

“Itu adalah situasi yang mengerikan. Ada tangisan di mana-mana. Anak-anak dan keluarga saya berada di bawah lumpur.” ujar Arup Khan. 

Baca Juga: Mantan Perdana Menteri Malaysia: Seharusnya Singapura dan Kepulauan Riau Bagian dari Kita

Amerika Serikat, yang sebelumnya telah mencoba menggulingkan rezim awal Taliban selama dua dekade, menyatakan rasa sedih atas kejadian gempa tersebut.

Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan memberikan perwakilan, bahwa Presiden Biden sedang memantau perkembangan dan telah mengarahkan USAID (Badan Pembangunan Internasional AS) dan mitra pemerintah federal lainnya untuk menilai apakah AS segera membantu mereka yang paling terkena dampak.

Gempa pada hari Rabu di Provinsi Paktika, Afganistan telah terjadi sekitar pukul 01.30 (Waktu setempat) dengan kedalaman 10 km (enam mil), sekitar 47 km barat daya Khost.***

Editor: Al Iklas Kurnia Salam

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler