Rusia dan Ukraina Saling Lemparkan Tuduhan Terkait Kematian 3 Warga di Belgorod

3 Juli 2022, 14:45 WIB
Media Rusia melaporkan terjadi ledakan besar di fasilitas Kementerian Pertahanan Rusia di Belgorod.* /Twitter / @eugene_press

RINGTIMES BANYUWANGI - Tiga orang terbunuh dan puluhan rumah rusak di kota Belgorod, Rusia dekat perbatsan Ukraina pada Minggu, 3 Juli 2022.

Gubernur kota Belgorod Vyacheslav Gladkov melaporkan melalui pesan Telgram, bahwa ada sejumlah ledakan di kota berpenduduk hampir 400.000 jiwa sekitar 40 km (25 mil) utara perbatasan dengan Ukraina.

Dalam ledakan itu setidaknya ada 11 bangunan apartemen dan 39 rumah warga telah hancur, termasuk lima yang benar-benar tidak dapat diselamatkan.

Seperti dilansir dari reuters pada 3 Juli 2022, anggota parlemen Rusia Andre Klishas menuduh Ukraina telah menembaki warga Belgorod dan menyerukan serangan militer. 

Baca Juga: Pertemuan Jokowi dengan Para Pebisnis dan Investor UEA Telah Menghasilkan 4 Kesepakatan

Klishas mengatakan melalui Telegram bahwa kematian warga sipil dan penghacuran infrastruktur sipil di Belgorod adalah tindakan langsung agresi dari pihak Ukraina dan merupakan tanggapan militer.

Moskow menuduh Kyiv melakukan beberapa serangan di Belgorod dan wilayah lain yang berbatasan dengan Ukraina sejak invasi Rusia pada 24 Februari.

Namun pihak Ukraina belum mengaku bertanggung jawab tetapi menggambarkan insiden itu sebagai balasan dan "karma" atas invasi Rusia. 

Baca Juga: Presiden Jokowi Bertemu Vladimir Putin untuk Jadi Jembatan Komunikasi dengan Volodymyr Zelenskyy

Sebelumnya sejak invasi Rusia dilakukan mulai 24 Februari, ribuan warga sipil telah tewas dan kota-kota diratakan sejak Rusia menginvasi Ukraina yang menurut sekutu Baratnya adalah perang agresi yang tidak beralasan.

Rusia membantah menargetkan warga sipil, dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan invasi tersebut sebagai "operasi militer khusus" untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" tetangganya.

Rusia mengungkapkan ingin fokus untuk mengusir pasukan Ukraina keluar dari provinsi Luhansk dan Donetsk di Donbas, tempat separatis yang didukung Moskow memerangi Kyiv sejak intervensi militer pertama Rusia di Ukraina pada 2014. 

Baca Juga: Tak Terima Penjahit Hindu Tewas Dibunuh Dua Pria Muslim, Warga India Demo Besar-besaran

Di sisi lain, pasukan Ukraina di garis depan timur menggambarkan serangan artileri yang semakin intens di daerah pemukiman, terutama di sekitar Lysychansk, kota pertahanan terakhir di Luhansk.

Memang, pasukan Rusia sejak bulan Juni telah berhasil merebut kota saudara Lysychansk, Sievierodonetsk, di seberang sungai Siverskiy Donets.

Rodion Miroshnik, duta besar Republik Rakyat Luhansk yang pro-Moskow untuk Rusia, mengatakan kepada televisi Rusia bahwa Lysychansk telah dikendalikan, tetapi ia juga menambahkan, "Sayangnya, semuanya belum dibebaskan." 

Baca Juga: Usai Selesai Berkunjung ke Ukraina, Presiden Jokowi Akan Temui Putin di Kremlin

Media Rusia menayangkan video milisi Luhansk berparade di jalan-jalan Lysychansk sambil mengibarkan bendera dan bersorak, tetapi juru bicara Garda Nasional Ukraina Ruslan Muzychuk mengatakan kepada televisi Ukraina bahwa kota itu tetap berada di tangan Ukraina.

"Sekarang ada pertempuran sengit di dekat Lysychansk, namun untungnya, kota itu tidak dikepung dan berada di bawah kendali tentara Ukraina," kata Muzychuk dilansir dari media berita Reuters pada Minggu, 3 Juli 2022..

Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Oleksiy Arestovych mengatakan pasukan Rusia telah berhasil menyeberangi sungai Siverskiy Donets dan mendekati kota dari utara.

"Ini merupakan ancaman. Kita lihat saja dan akan menjadi jauh lebih jelas dalam satu atau dua hari," kata Arestovych. 

Baca Juga: Puji Pangkalan Militer Permanen AS di Polandia, Presiden Duda: Sudah Lama Kami Nantikan

Arestovych mengatakan, bagaimanapun, jika Rusia mengambil Lysychansk akan memperumit masalah strategis bagi Rusia karena mereka harus fokus pada enam kota industri besar di wilayah Donbas timur.

"Semakin banyak senjata Barat datang ke Ukraina, akan semakin banyak bagian yang berubah menjadi mendukung Ukraina." ujar Arestobych..***

Editor: Al Iklas Kurnia Salam

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler