Miris, Seorang Ibu Meninggal Dunia Saat Antre Beli Minyak Goreng

- 13 Maret 2022, 19:10 WIB
Ilustrasi - Seorang ibu meninggal dunia saat sedang mengantre untuk membeli minyak goreng.
Ilustrasi - Seorang ibu meninggal dunia saat sedang mengantre untuk membeli minyak goreng. /Antara/Muhammad Bagus Khoirunas/

RINGTIMES BANYUWANGI - Baru-baru ini, kasus seorang ibu yang meninggal dunia pada saat mengantre minyak goreng ramai diperbincangkan.

Seperti diketahui, seorang ibu rumah tangga di Kalimantan Timur telah meninggal saat antre minyak goreng pada Sabtu, 12 Maret 2022 pagi.

Menurut informasi, sebelum berangkat, ibu bernama Sandra (41) tersebut sempat mengeluhkan sakit dada. Bahkan, sang suami melarangnya mengantre minyak goreng.

Baca Juga: Cara Mengisi e-HAC Domestik Terbaru di Aplikasi Peduli Lindungi, Wajib Isi Sebelum Keberangkatan

Dia pun mengatakan tidak akan jadi membeli jika memang kondisi di lokasi sudah ramai.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-Rakyat.com dengan judul: Ibu-ibu Meninggal saat Antre Minyak Goreng, Nyawa Rakyat Jadi Harga dari Kebijakan Amburadul Pemerintah

Begitu tiba di lokasi, Sandra melihat sudah ada kerumunan. Dia yang terpisah dari kerumunan kemudian pingsan dan sempat kejang.

Dia kemudian dibantu oleh warga dan dievakuasi ke RSUD Abdul Rivai Tanjung Randeb, tetapi di tengah perjalanan meninggal dunia.

Baca Juga: Satu Orang Dikabarkan Tewas Akibat Meledakknya Sumur Minyak Ilegal di Aceh

Apa yang terjadi saat ini pun dinilai sebagai cerminan dari kebijakan yang tidak dikoordinasi dengan baik oleh pemerintah.

"Ya itu istilah tepat, akhirnya kebijakan-kebijakan yang tidak dikoordinasi itu langsung harganya adalah nyawa rakyat Indonesia," ucap Rocky Gerung, Minggu, 13 Maret 2022.

Dia pun mengungkapkan bagaimana ibu-ibu tersebut sudah bersiap sejak pagi untuk antre minyak goreng demi memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Baca Juga: Kasus Positif Covid 19 Terus Menurun, dr. Reisa Ingatkan Masyarakat Tetap Waspada

"Saya bisa bayangkan dia bersiap-siap pagi-pagi dari rumahnya tuh karena memang kebutuhan minyak goreng, lalu dia mulai antri dan bahkan mungkin antrean belum panjang. Tapi dia niatkan itu supaya dia tiba lebih cepat dan terus bisa bawa pulang minyak goreng," tutur Rocky Gerung.

Akan tetapi, apa yang dibawa bukanlah minyak goreng, melainkan kabar duka dari ibu tersebut.

"Dan yang terjadi, yang dibawa pulang adalah jenazah almarhumah," kata Rocky Gerung.

Baca Juga: Seorang Intel Diduga Nyamar Jadi Ojol Viral di Medsos, Warganet Sebut Transformasi Tukang Bakso

Dia pun menekankan bahwa apa yang terjadi seharusnya menjadi renungan, terutama bagi pemerintah.

Apalagi, Presiden Jokowi justru sedang 'asyik' bersiap merayakan pembangunan Ibu Kota Negara Baru (IKN).

Orang nomor satu itu akan berkemah di titik nol IKN Nusantara bersama 33 gubernur mulai 14 sampai 15 Maret 2022.

Baca Juga: Ramadhan 2022 Sebentar Lagi, MUI Perbolehkan Salat Tarawih dan Id dengan Saf Rapat

"Itu yang musti bikin renungan, sementara Presiden sedang bersiap-siap untuk merayakan ibukota negara dengan mengundang segala macam pejabat negara untuk bersukaria di situ kan. Ini ada kontras," ujar Rocky Gerung.

Dia menyinggung bagaimana Indonesia sebagai negara Pancasila justru tidak bisa mengimplementasikan poin-poin yang tercantum di dalamnya,

"Lalu kalau kita bayangkan bahwa bangsa ini ada Pancasila, ada kemanusian yang adil dan beradab pada keadilan sosial, semua itu nilai yang akhirnya batal karena ketidakmampuan presiden untuk menjamin kesejahteraan rakyat," kata Rocky Gerung.

Baca Juga: Gandeng Arab Saudi untuk Bangun Kereta Gantung di Puncak Bogor, Sandiaga Uno: Semangat Kolaborasi dan Inovasi

Dia kemudian membandingkan apa yang terjadi di Indonesia dengan negara-negara Barat.

"Ini terjadi di Indonesia, kalau di negara-negara Barat 1 euro naik harga tomat, harga kentang naik 10 sen, itu pemerintah jatuh karena nggak bisa jamin stabilitas ekonomi, apalagi soal keadilan," ujar Rocky Gerung.

Akan tetapi, dia mengatakan bahwa kultur yang dimiliki Indonesia berbeda, apalagi melihat tragedi antrean minyak goreng tersebut.

Baca Juga: Kementerian Sosial Gandeng KitaBisa untuk Menyalurkan Bantuan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

"Tapi kultur yang beda, kita punya Pancasila tapi membiarkan orang antre sudah berbulan-bulan peristiwa itu, dan Tidak seorang pun yang di kabinet yang mampu menerangkan apa yang terjadi, saling lempar tanggung jawab aja," kata Rocky Gerung.

"Dan Presiden Jokowi seolah-olah enggak anggap bawah ini penting, yang dipentingkan adalah mercusuar di pulau Kalimantan," ucapnya menambahkan.

Padahal, apa yang terjadi saat ini merupakan 'ongkos kemanusiaan' dari kebijakan pemerintah yang amburadul.

Baca Juga: Ajang MotoGP 2022 Siap Digelar, Sirkuit Mandalika Mampu Tampung hingga 60 Ribu Penonton

"Padahal ini adalah ongkos kemanusiaan dari kebijakan yang amburadul, yang dulu Presiden Joko Widodo 'saya tahu kartel mana yang memainkan harga komoditas, kartel mana yang berupaya untuk ambil keuntungan'," tutur Rocky Gerung.

"Sekarang kartel itu ada di sekitar dia, Dan kartel-kartel inilah yang menyebabkan secara hukum kita enggak katakan bahwa ibu itu meninggal karena kartel, tetapi secara sosiologi kita tahu bahwa ibu itu menderita karena kebijakan yang tidak memperhatikan fasilitas publik. itu intinya," ujarnya.

Rocky Gerung pun mempertanyakan kepada siapa masyarakat harus meminta pertanggungjawaban terkait kejadian tersebut.

"Kepada siapa kita minta pertanggungjawaban? kalau di Eropa itu artinya pada presiden atau perdana menteri, kalau di sini nanti nih 'kok Presiden Jokowi lagi yang salah' tuh, ya udah kita beda kultur dan beda kecerdasan," katanya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari kanal Youtube Rocky Gerung Official.(Eka Alisa Putri/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah