Disini muncul permasalahan. Dan dengan bijaknya, Rasulullah yang akhirnya ditunjuk sebagai penengah, menggelar sajadahnya dan meletakkan hajar aswad diatasnya, serta dimintalah oleh beliau, setiap kafilah memegang ujungnya dan membawa sang batu kembali ke tempatnya.
Berkebalikan dari penengah adalah memihak.
Bukannya menyatukan semua potensi yang ada malah memilih untuk mengabaikan serta menistakan yang berseberangan oleh kemauan sang penerima amanah.
Tentunya jika pola ini diteruskan akan ada arus yang menghambat laju organisasi menuju visi.
Ibaratnya, sebuah bola yang diikat kemudian ujung satu ditarik ke utara sedang ujung yang lain ditarik ke selatan.
Baca Juga: Kepala Madrasah, Ambang Batas Tertinggi Raihan Prestasi Terbaik Lembaganya
Bukannya mencetak goal, akan tetapi menjauh dari posisi terbaiknya.
Dengan kata lain, menjadi penengah yang baik bermakna melaksanakan prinsip keadilan.
Pemimpin wajib bersikap adil atas yang dipimpinnya.
Adil bermakna menjauhi kesewenang-wenangan dan lebih banyak mendengarkan, sedangkan arif mengelola semua potensi terbaik organisasi.