Sejarah Desa Benculuk, Bagian II

- 23 Februari 2020, 16:00 WIB
Pembangunan Bengkel Kereta Api di Benculuk Era Kolonial Belanda./
Pembangunan Bengkel Kereta Api di Benculuk Era Kolonial Belanda./ /Munawir/Banjoewangi Tempo Doeloe

Baca Juga: Waspada Penculikan Anak, Dinas Pendidikan Jember, Situbondo, Lumajang, Bondowoso Keluarkan Surat Edaran

Sebagai pembanding sejarah, dalam Babad Tanah Djawi dan buku-buku karya Brandes, ditemukan catatan bahwa Mas Jolang (raja ke-2 Mataram yang berkuasa tahun 1601-1613) tidak pernah menyerang Blambangan.

Mataram menyerang Blambangan bagian barat dilakukan oleh Raja ke 3 Mataram (1637-1639), Sultan Agung.

Dalam Suluk Balumbung, serangan pasukan Mataram hanya sampai di Blambangan Barat yang kini menjadi Kabupaten Lumajang.

Serangan terhadap Blambangan dilanjutkan oleh putera Sultan Agung, Amangkurat I dan hanya mampu di sebelah barat Gunung Gumitir (kini masuk Kabupaten Jember).

Selanjutnya pasukan Mataram dihancurkan oleh Prabu Tawangalun II dan berhasil dipukul mundur sampai perbatasan barat di Probolinggo.

Karena itu, Prabu Tawangalun berani memakai gelar Susuhunan untuk menyatakan diri setara dengan Susuhunan Mataram.

Setelah memahami kronoli dan data sejarah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa cerita tentang Benculuk tersebut hanya dongeng dan tidak memiliki data sejarah.

Bagaimana mungkin Mas Jolang (raja yang sudah mangkat tahun 1613) dan Juru Martani (yang wafat tahun 1615), 20 tahun kemudian bisa hidup lagi untuk memimpin penyeragan ke Blambangan tahun 1637 atau 1639.

Jika Mas Jolang saja tidak pernah ke Blambangan, berarti Juru Martani juga tidak pernah. Bahkan Sultan Agung dan Amangkurat I pun tidak pernah sampai menginjakkan kaki ke Benculuk. Dengan demikian, tidak mungkin Juru Martani “Celuk-celuk”.

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x