Sejarah Desa Benculuk, Bagian II

- 23 Februari 2020, 16:00 WIB
Pembangunan Bengkel Kereta Api di Benculuk Era Kolonial Belanda./
Pembangunan Bengkel Kereta Api di Benculuk Era Kolonial Belanda./ /Munawir/Banjoewangi Tempo Doeloe

Baca Juga: Terduga Pelaku Percobaan Pembunuhan di Gintangan dikabarkan Pulang

Benculuk dalam sejarah Kerajaan Blambangan

Dalam babad Dalem, Babad Arya Kenceng, dan Babad Dalem Benculuk Tegeh Kori di Bali berasal dari nama buah-buahan.

Nama buah yang dimaksud adalah buah Jolok atau buah Pinang yang cara memetiknya harus dijolok menggunakan galah bambu.

Buah Pinang atau Jambe adalah salah satu suguhan wajib di era klasik yang harus ada dalam setiap pertemuan. Mungkin bisa disamakan dengan rokok atau permen di era sekarang.

Jadi, istilah Benculuk di Bali sudah dikenal sejak awal abad XIV, bukan di pertengahan abad XVI seperti dalam dongeng diatas.

Dalam buku Perebutan Hegemoni Blambangan, Dr Sri Margana mengutip catatan ANRI Arsip Daerah Residensi Banyuwangi no.7, disana terdapat nama Kemantren Benculuk.

Kemantren atau ke-mantri-an adalah daerah dibawah kabupaten yang dipimpin seorang Mantri Wedana atau Patih.

Mengapa data ini perlu disebut, karena catatan kompeni dibuat pada masa kekuasaan Residen Lodewijk Uittermoole dan Gezaghebber Surabaya, R. Fl. Van der Niepoort pada tahun 1772-1784) atau sejaman dengan kekuasaan Tumenggung Wiraguna I (Mas Alit).

Kemantren Benculuk saat itu membawahi daerah-daerah sebagai berikut: Benculuk, Batu, Bakedanan (Keradenan), Pawulatan, Tapan, Payoman, Caluring (Cluring), Rinsimber (Simbar), Gladag, Relanggrit (Selagiri), Alida (Lidah), dan Kolu.

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x