"Saya hampir tidak bisa bersimpati dengan Ukraina karena memperlakukan Rusia dengan buruk dan sekarang menuai buah dari penaburannya sendiri," kata Mako kepada AsiaOne, dikutip Pikiran-rakyat.com, Rabu, 9 Maret 2022.
Mako mengaku banyak melihat banyak pesan dan video berbahasa Mandarin yang mendukung sudut pandang Rusia.
Baca Juga: Jumlah Senjata Nuklir Rusia Tahun 2022, Ternyata Terbanyak di Dunia dari Amerika Serikat
Dia menyamakan keputusan AS menyerang Irak pada tahun 2003 sama seperti menghancurkan pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Saya tidak melihat kesalahan apa yang dilakukan Rusia," katanya.
Sementara itu,Kezia Dewi, mahasiswa doktoral Indonesia di universitas Belgia KU Leuven, mengatakan banyak melihat banjir pesan pro-Putin yang dibagikan di grup media sosial, terutama oleh orang Tionghoa Indonesia.
"Meskipun studi empiris lebih lanjut diperlukan, tampaknya telah terjadi pergeseran sikap di antara orang Tionghoa Indonesia terhadap AS dan sekutunya sejak pandemi dimulai. Itu bertepatan dengan narasi agresif yang dikeluarkan oleh China yang menyangkal tuduhan bahwa itu adalah asal mula virus corona,” kata Kezia.
Ia menjelaskan banyak orang Tionghoa Indonesia bersikap defensif terhadap intimidasi AS yang dilakukan ke China.
Tidak hanya orang Tionghoa Indonesia yang menyoroti kebijakan pemerintahan AS. Muslim Indonesia juga bersikap sinis terhadap kebijakan luar negeri AS seperti di Afghanistan, Irak dan Suriah.