Salah Satu Orang Indonesia Ungkap Alasannya Dukung Invasi Rusia ke Ukraina: Vladimir Putin Pro-Islam

9 Maret 2022, 13:10 WIB
Ilustrasi. /Pixabay/StockSnap

RINGTIMES BANYUWANGI - Diketahui, Indonesia bersama 140 negara lainnya mendukung resolusi untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina, dalam voting yang diadakan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) beberapa waktu lalu.

Kendati demikian, AsiaOne, media asing asal Singapura, menyoroti bahwa tidak semua warga Indonesia memiliki sikap resmi yang diambil di PBB tersebut.

Salah satu warga yang mendukung Rusia menginvasi Ukraina yakni Mako Setiawati asal Situbondo, Jawa Timur. Mako (75) yang juga orang Tionghoa, mengaku mendapat informasi dari aplikasi pesan China Weibo tentang sudut pandang Rusia dalam konflik di Ukraina.

Baca Juga: Akibat Invasi Ukraina, Upaya AS dan Inggris Memboikot Minyak dan Gas Rusia Ditolak Tegas oleh Jerman

Dalam pesan yang diterima Mako, terdapat analogi yang menjelaskan bahwa Rusia adalah sosok ayah yang menderita dan membiarkan istrinya (Ukraina) tidak tahu berterima kasih dan kemudian bercerai.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-Rakyat.com dengan judul: Media Asing Soroti Kenapa Orang Indonesia Dukung Invasi Rusia ke Ukraina, Vladimir Putin Pro-Islam

Sosok ayah kemudian melunasi hutangnya, tapi mantan istri kemudian terlibat dengan pengganggu desa (dalam analogi ini Amerika Serikat).

Lalu, sang istri kemudian berteman dengan sekelompok pelacur (sekutu AS) dan menodai nama mantan suaminya.

Baca Juga: Pemerintah Arab Saudi Lakukan Pelonggaran Protokol Kesehatan Covid 19, Masker Tak Lagi Wajib di Tempat Terbuka

Sang suami kemudian kehilangan kesabarannya dan menuntut mengembalikan anaknya (analogi Rusia mencaplok Krimea). Tetapi sang istri juga mulai memperlakukan anak-anak lainnya dengan buruk dan memaksa untuk menghadapinya.

"Saya hampir tidak bisa bersimpati dengan Ukraina karena memperlakukan Rusia dengan buruk dan sekarang menuai buah dari penaburannya sendiri," kata Mako kepada AsiaOne, dikutip Pikiran-rakyat.com, Rabu, 9 Maret 2022.

Mako mengaku banyak melihat banyak pesan dan video berbahasa Mandarin yang mendukung sudut pandang Rusia.

Baca Juga: Jumlah Senjata Nuklir Rusia Tahun 2022, Ternyata Terbanyak di Dunia dari Amerika Serikat

Dia menyamakan keputusan AS menyerang Irak pada tahun 2003 sama seperti menghancurkan pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Saya tidak melihat kesalahan apa yang dilakukan Rusia," katanya.

Sementara itu,Kezia Dewi, mahasiswa doktoral Indonesia di universitas Belgia KU Leuven, mengatakan banyak melihat banjir pesan pro-Putin yang dibagikan di grup media sosial, terutama oleh orang Tionghoa Indonesia.

Baca Juga: Alasan NATO Menolak Zona Larangan Terbang di Ukraina, Pakar: Keterlibatan AS bisa Meningkatkan Perang

"Meskipun studi empiris lebih lanjut diperlukan, tampaknya telah terjadi pergeseran sikap di antara orang Tionghoa Indonesia terhadap AS dan sekutunya sejak pandemi dimulai. Itu bertepatan dengan narasi agresif yang dikeluarkan oleh China yang menyangkal tuduhan bahwa itu adalah asal mula virus corona,” kata Kezia.

Ia menjelaskan banyak orang Tionghoa Indonesia bersikap defensif terhadap intimidasi AS yang dilakukan ke China.

Tidak hanya orang Tionghoa Indonesia yang menyoroti kebijakan pemerintahan AS. Muslim Indonesia juga bersikap sinis terhadap kebijakan luar negeri AS seperti di Afghanistan, Irak dan Suriah.

Baca Juga: Tak Hanya Berdampak pada Ukraina dan Sekitarnya, Gempuran Pasukan Rusia Juga Ancam Pasokan Makanan Dunia

Reputasi Rusia di kalangan Muslim Indonesia justru lebih baik.

Radityo Dharmaputra, kandidat doktor dalam ilmu politik di Institut Studi Politik Johan Skytte, Universitas Tartu, Estonia, mengatakan Rusia telah berusaha untuk meningkatkan citranya dalam hubungannya dengan dunia Muslim setelah berakhirnya Perang Chechnya Kedua pada tahun 2000.

"Ada persepsi bahwa Putin lebih pro-Islam daripada AS, meskipun ada noda yang diingat oleh generasi yang lebih tua ketika Rusia menginvasi Chechnya dan ketika Uni Soviet melakukan hal yang sama ke Afghanistan," katanya Radityo.

Baca Juga: Terpaksa Ledakkan Jembatan Terakhir di Kiev, Tentara Ukraina: Kami Akan Coba Segala Cara untuk Mempertahankan

Sebelumnya, Analis Pertahanan dan Militer Connie Rahakundini Bakrie berpendapat bahwa konflik antara Rusia-Ukraina tak terlepas dari Amerika Serikat.

"Yang the bad guys adalah Amerika Serikat, to be honest, saya harus ngomong kaya begitu karena kaya manas-manasin (antara Rusia dan Ukraina)," kata Connie dalam Youtube Helmy Yahya Bicara pekan lalu.(Julkifli Sinuhaj/Pikiran-Rakyat.com)***

 

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler